MENGELOLA SUATU PERUBAHAN DALAM
ORGANISASI
LATAR BELAKANG
Dalam menghadapi
lingkungan pekerjaan yang semakin dinamis dan terus berubah, maka organisasi
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Jika tidak maka bersiaplah organisasi
tersebut untuk mati. Hal ini sebagai konsekuensi hidup pada saat ini dmana persaingan
antar organisasi selalu berubah. Ekonomi global membawa pesaing yang datang
dari berbagai tempat. Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang dapat
berubah untuk menghadapi persaingan, mereka akan tangkas, mampu secara cepat
mengembangkan inovasi-inovasi baru dan siap menghadapi persaingan baru. Akan
tetapi perubahan dilakukan secara matang melalui berbagai pemikiran terlebih
dahulu.
Perubahan
memiliki arti Membuat sesuatu menjadi lain. Melakukan perubahan haruslah dengan
rencana yang matang, Perubahan terencana disini maksudnya adalah kegiatan
perubahan yang disengaja dan berorientasi pada tujuan. Adapun beberapa tujuan
perubahan adalah :
- Perubahan mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
- Perubahan mengupayakan perilaku karyawan.
Pertanyaan berikutnya adalah
siapakah yang melakukan perubahan ? Yang melakukan perubahan adalah “Agen Perubahan”.
Agen Perubahan adalah orang yang bertindak sebagai katalis dan memikul tanggung
jawab mengelola kegiatan perubahan, ini dapat berupa : Manajer, Karyawan atau Konsultan
dari luar.
Dikaitkan dengan
konsep “Globalisasi”, maka Michael
Hammer dan James Champy menuliskan bahwa Ekonomi Global berdampak terhadap 3C,
yaitu Customer, Competition, dan Change.
Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi
konstan. Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu
perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti
itu maka diperlukan satu Manajemen Perubahan agar proses dan dampak dari
perubahan tersebut mengarah pada titik positif.
PERMASALAHAN DALAM PERUBAHAN
Banyak masalah
yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering
dan menonjol adalah “Penolakan atas Perubahan
itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah Resistensi
Perubahan (Resistance To Change).
Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif, justru karena adanya penolakan
tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Penolakan atas perubahan tidak
selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas
kelihatan (Eksplisit) dan segera,
misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau
bisa juga tersirat (Implisit), dan
lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja
menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain
sebagainya.
Mengapa Perubahan Ditolak ?
Untuk keperluan analitis, dapat
dikategorikan bahwa sumber penolakan atas perubahan, ada 2 (dua), yaitu
penolakan yang dilakukan oleh Individual
dan yang dilakukan oleh kelompok atau Organisasional.
- RESISTENSI
INDIVIDUAL
Karena persoalan kepribadian,
persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan
atas perubahan.
a. Kebiasaan :
Kebiasaan
merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang
hidup kita, sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan
berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri,
yaitu penolakan.
b. Rasa
Aman :
Jika kondisi
sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman
relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja
padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.
c. Faktor
Ekonomi :
Faktor lain
sebagai sumber penolakan adalah soal menurunnya pendapatan.
d. Takut
Akan Sesuatu Yang Tidak Diketahui :
Sebagian besar
perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak
pastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti
setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi
sekarang dan menolak perubahan.
e. Persepsi :
Cara pandang
individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini mempengaruhi sikap. Pada
awalnya program keluarga berencana banyak ditolak oleh masyarakat, karena
banyak yang memandang program ini bertentangan dengan ajaran agama, sehingga
menimbulkan sikap negatif.
- RESISTENSI
ORGANISASIONAL
Organisasi, pada hakekatnya
memang konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi
pendidikan yang mengenalkan doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan
ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang
sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa
yang terjadi dua puluh lima
tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi
bisnis. Terdapat enam sumber penolakan
atas perubahan :
a. Inersia
Struktural :
Artinya
penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan
main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasilkan stabilitas. Jika
perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.
b. Fokus
Perubahan Berdampak Luas :
Perubahan organisasi
tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi
merupakan suatu sistem. Jika satu bagian dubah maka bagian lain pun terpengaruh
olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa
mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
c. Inersia
Kelompok Kerja :
Ketika individu
mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya.
Sebagai anggota serikat pekerja, sebagai pribadi kita setuju atas suatu
perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat kerja,
maka dukungan individual menjadi lemah.
d. Ancaman
Terhadap Keakhlian :
Perubahan dalam
pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya,
penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru
gambar.
e. Ancaman
Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah Mapan
:
Mengintroduksi
sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai
ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.
f. Ancaman
Terhadap Alokasi Sumberdaya :
Kelompok-kelompok
dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar
sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah
perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya ?.
PEMBAHASAN / MENGATASI PENOLAKAN ATAS PERUBAHAN
Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behavior mengusulkan 6 (enam) strategi yang bisa
dipakai untuk mengatasi Resistensi perubahan
:
1. Pendidikan dan Komunikasi :
Berikan
penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya
perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk.
Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2. Partisipasi
:
Ajak serta
semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai
fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan.
3. Memberikan kemudahan dan dukungan :
Jika pegawai
takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri
pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
4. Negosiasi
:
Cara lain yang
juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang
menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai
kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif
yang bisa memenuhi keinginan mereka.
5. Manipulasi dan Kooptasi :
Manipulasi
adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memelintir (twisting) fakta
agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor,
dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan
penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
6. Paksaan
:
Strategi terakhir
adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang
menentang dilakukannya perubahan.
Pendekatan klasik yang juga dapat
digunakan dikemukaan oleh Kurt Lewin
yang biasa dikenal dengan “Model Tiga Langkah
Lewin”, mencakup :
1. UNFREEZING the status quo,
2. MOVEMENT to the new state,
3. REFREEZING the new change to make it
pemanent.
Selama proses perubahan terjadi
terdapat kekuatan-kekuatan yang mendukung dan yang menolak . Melalui strategi
yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, kekuatan pendukung akan semakin banyak dan
kekuatan penolak akan semakin sedikit.
·
Unfreezing
:
Upaya-upaya
untuk mengatasi tekanan-tekanan dari kelompok penentang dan pendukung
perubahan. Status quo dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang berlangsung
(status quo) diguncang sehingga orang merasa kurang nyaman.
·
Movement :
Secara bertahap
(step by step) tapi pasti, perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan
berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapainya, hasil-hasil
perubahan harus segera dirasakan.
·
Refreezing
:
Jika kondisi
yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem
kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Jika
berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, sedangkan jumlah
pendudung makin bertambah.
KESIMPULAN
1.
Perubahan organisasi dan pengelolaan perubahan
(Organizational Change and Change Management) merupakan kajian yang menarik
dalam masa sekarang ini.
2.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
teknologi informasi, mengharuskan organisasi untuk terus menerus melakukan
perubahan. Pernyataan yang menyatakan, “The
Only Constant is Change”, mendapatkan makna yang sesungguhnya.
3.
Organisasi harus berubah untuk bisa tetap survive, dan
melakukan perubahan organisasi bukanlah merupakan pilihan tetapi sudah
merupakan keharusan.
4.
Perubahan yang dilakukan organisasi tidak selamanya
berhasil sesuai dengan apa yang diinginkan organisasi, yaitu peningkatan
produktivitas, peningkatan motivasi, moral anggota dan sebagainya.
5.
Sudah menjadi kodrat manusia untuk menolak perubahan,
apalagi ketika berada pada posisi yang aman dan mapan. Akan tetapi jika hal ini
tidak diubah maka yang terjadi adalah kerugian bagi organisasi secara luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar