Rabu, 26 Oktober 2016

Celoteh: Ekonomi, Sebuah Cerita Tentang Perspektif

Alkisah sepasang suami istri mengirim putri kesayangan mereka untuk kuliah di luar negeri. Setelah setahun, mereka lalu menerima sebuah surat dari buah hati mereka itu. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
Ayah, Ibu, maafkan saya yang lama tidak menulis surat.
Sejujurnya, ada begitu banyak hal yang ingin putri ceritakan kepada ayah dan ibu, tetapi baru sekarang putri mampu menuliskan surat ini. Putri ingin memberitahukan kepada Putri telah jatuh cinta kepada seseorang, dan beberapa minggu lalu, kami telah menikah di sini. Maaf karena Putri menikah tanpa memberitahukan kepada ayah dan ibu, tetapi ini terpaksa Putri lakukan karena putri telah mengandung anak dari kekasih Putri.
Suami putri adalah seorang gitaris band Heavy Metal. Bandnya sendiri memang masih baru dan belum terkenal, oleh karena itu mereka sibuk berkeliling di berbagai kota sambil mencari job. Untuk mendukungnya, Putri pun memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah lagi. Lagipula Putri rasanya tidak mampu mengikuti perkuliahan di sini, sehingga semester lalu mendapat nilai D (tidak lulus) utk 3 mata kuliah.
Uang kuliah yang ayah dan ibu berikan kpd putri, kini Putri gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Putri dan suami Putri. Saat ini Putri mengikuti band suami Putri berkelana dari satu kota ke kota lainnya. Surat ini pun putri tulis di kursi belakang mobil van band mereka.
Putri tahu bahwa ayah dan ibu pasti mengkhawatirkan Putri, tetapi ayah dan ibu tidak perlu cemas. Suami Putri adalah orang yang baik. Memang dia mempunyai masalah dengan narkoba dan alkohol, tetapi dia berjanji akan berhenti setelah anak kami lahir. Dia juga sangat menyayangi Putri dan tidak pernah memukul putri sekalipun (kecuali beberapa kali ketika dia sedang mabuk).
Maafkan Putri kalau apa yang Putri lakukan tidaklah sesuai dengan harapan Ayah dan Ibu. Setelah anak Putri lahir, Putri akan mengajak suami dan anak Putri untuk bertemu dengan ayah dan ibu.

Peluk cium,
Putri
PS: Yang Putri tulis di atas hanya karangan Putri belaka. Putri tidak hamil, tidak menikah dengan gitaris band, tidak berhenti dari kuliah, dll. Tetapi Putri memang mendapatkan nilai D utk 3 mata kuliah dan harus mengulang mata kuliah tersebut, sehingga liburan ini tidak bisa pulang. Jangan marah ya ayah, jangan marah ya ibu
—–oOo—–
Cerita di atas saya baca di sebuah buku yang judulnya tidak saya ingat lagi (karena sudah lama). Cerita ini begitu membekas di otak saya, sehingga saya tetap mengingat cerita ini meskipun bukunya sendiri sudah saya lupakan. Bagi saya, cerita ini begitu menarik karena bercerita tentang pengaruh ‘perspektif’ dalam hidup.
Bisakah teman-teman membayangkan bagaimana reaksi sang ayah ataupun ibu yang menerima surat tersebut? Kemungkinan besar kedua orangtua itu malah menarik nafas lega ketika mengetahui si Putri ternyata ‘hanya‘ mendapatkan nilai D utk satu mata kuliah, dan ‘berita horornya’ bukan kenyataan. Bukan mustahil kedua orang tua tersebut malah berpikir ‘Puji TUHAN..UNTUNGcuma nilai D dan bukan yang lain-lain‘ dan tidak terpikir lagi untuk mengomeli si Putri. Kalaupun ada omelan, mungkin hanya omelan kecil.
Jika seandainya sang Putri tidak menuliskan surat seperti ini, melainkan hanya menulis surat yg isinya ‘Ayah, ibu, Putri dapat nilai D utk matematika nih!! Jadi mesti mengulang kelas dan nanti tidak bisa pulang sewaktu liburan‘, kemungkinan besar reaksi kedua orang tua tersebut akan berbeda. Teguran seperti ‘Kamu ini belajar tidak serius, kebanyakan main, bla bla bla…‘ akan mengisi hari-hari Putri.
Kita lihat bahwa dalam cerita tersebut, meskipun fakta dan kondisinya sama (si Putri mendapat nilai D), karena perspektif yang berbeda (akibat isi surat yg berbeda), maka reaksi yang timbul pun menjadi berbeda.
—–oOo—–
Mungkin sebagian pembaca blog ada yg bertanya, apa hubungan cerita di atas dengan ekonomi. Bagaimana jika saya katakan bahwa tanpa disadari, banyak ‘investor’ yang sudah menjadi ‘ayah & ibu’ dalam cerita di atas?
Dalam kondisi saat ini, dimana setiap hari berita buruk ekonomi bertebaran, terkadang berita yang ‘tidak terlalu buruk‘ bisa dilihat sebagai ‘berita bagus‘ karena pengaruh perspektif ini.
Sebagai contoh, bulan lalu, sebuah perusahaan (anggap saja namanya Perusahaan C) mengumumkan bahwa ternyata ruginya CUMA $54 sen per lembar saham, padahal diperkirakan akan rugi $62 sen per lembar saham. Akibat pengaruh ‘perspektif’, orang lupa bahwa perusahaan C itu tetap mengalami KERUGIAN (bahkan eksekutif perusahaan itu pun memperkirakan bahwa mereka tidak bisa mendapat keuntungan dalam 1-2 tahun ke depan). Hasilnya? Saham perusahaan C langsung naik lebih dari 7%.
Contoh real lainnya adalah kondisi bursa komoditas di saat ini. Banyak orang yang sudah menarik nafas lega karena minyak sudah turun dari $148/barrel dan sekarang CUMA $120/barrel. Karena pengaruh perspektif, ada orang yang mengatakan ‘titik yang terburuk‘ sudah lewat. Sebagian besar bahkan tidak ingat lagi kalau di angka $120 ini pun, harga minyak masih lebih tinggi kurang lebih 60% daripada 1 tahun lalu.
—–oOo—–
Sebagai manusia, tentunya sangat normal jikalau kita sulit melepaskan diri dari pengaruh ‘perspektif’. Tetapi dalam investasi, mungkin akan lebih baik jika kita senantiasa berusaha untuk melihat suatu isu/masalah dengan perspektif lain. Dengan berusaha melihat suatu isu/masalah dari berbagai perspektif, kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga tindakan yang kita ambil pun kemungkinan akan lebih tepat.
Kembali ke surat di awal artikel ini, jika saya adalah orangtua si Putri, maka ia akan menerima surat:
Putri tersayang,
Ayah dan ibu sangat bersyukur ternyata kau baik-baik saja dan cerita ‘horor’ yang Putri tulis ternyata tidak benar. Ayah tidak marah dan juga tidak akan menghukum kamu, asalkan kamu belajar lebih giat lagi di kemudian hari.
Sebenarnya Ayah juga ingin bercerita kepadamu suatu hal yang penting. Akhir-akhir ini usaha ayah tertimpa masalah karena ditipu oleh beberapa rekan ayah. Masalah Ini membuat ibumu stress sehingga kesehatannya jadi terganggu, dan harus bolak-balik rumah sakit. Akibatnya kondisi keuangan sangat terganggu, dan kemungkinan untuk sementara ayah tidak bisa mengirimkan uang untukmu. Untuk itu, sepertinya kamu harus mencari kerja sampingan sementara untuk membayar sendiri biaya hidupmu untuk beberapa bulan kedepan.
Salam sayang,
Ayah dan Ibu
PS: Yang ayah tulis di atas hanyalah karangan ayah belaka. Usaha ayah baik-baik saja, ibu juga sehat-sehat saja. Tetapi memang kamu harus mencari kerja sampingan sementara, karena untuk 6 bulan ke depan ayah dan ibu tidak akan mengirimkan uang. Uang yang seharusnya dikirim kepada Putri akan ayah dan ibu pakai untuk berlibur ke Eropa. Nanti Ayah dan ibu kirimkan postcard dari sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar