Rabu, 26 Oktober 2016

Perspektif (Cara Pandang)

Gelas setengah penuh Kali ini saya akan sedikit bercerita sedikit tentang perspektif (cara pandang). Mungkin sebagian besar orang sudah mengerti dengan makna perspektif, tetapi saya di sini akan membahas sedikit perspektif dalam cerita yang pernah saya dengar dan sedikit contoh perspektif saya terhadap sesuatu.
Perspektif merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Sebagai contoh yang sering digunakan, ada sebuah gelas yang berisi air setengah penuh. Bagi sebagian orang mengatakan bahwa gelas tersebut setengah isi. Namun ada juga orang yang mengatakan bahwa gelas tersebut setengah kosong. Manakah yang benar menurut anda?
Beberapa waktu yang lampau, ketika saya mengerjakan sesuatu di kamar saya, saya mendengar dua buah cerita pendek tentang perspektif yang dipresentasikan di mushola sekolah oleh seorang guru. Ceritanya sebagai berikut.
Cerita pertama:
Ada seorang ibu yang memiliki dua orang anak. Kedua anaknya memiliki pekerjaan berbeda. Anak pertama berjualan es mambo, sedangkan anak yang kedua berjualan payung. Hampir setiap musim, si ibu menangis karena anaknya. Ketika musim panas tiba si ibu menangis karena anaknya yang berjualan payung tidak laku jualannya. Ketika musim hujan, si ibu pun menangis karena anaknya yang berjualan es mambo tidak laku jualannya.
Cerita kedua:
Ada seorang yang kaya raya dan ada seorang pengemis. Pada suatu hari mereka berdua bertemu, kemudian sang pengemis berkata dengan sebagian ayat Al-Qur’an: “Di dalam harta orang kaya terdapat hak-hak orang miskin”. Kemudian orang kaya raya tersebut menjawab juga dengan sebagian ayat Al-Qur’an: “Allah tidak akan merubah suatu kaum, jika kaum tersebut tidak merubah dirinya sendiri”.
Dari kedua cerita tersebut, mari coba kita balik persepsinya.
Pada cerita pertama, sebenarnya si ibu bisa saja selalu senang dalam hidupnya. Bagaimana caranya? Coba perspektif si ibu terhadap kedua anaknya seperti ini. Ketika musim panas tiba, si ibu merasa senang karena anaknya yang berjualan es mambo laku. Sedangkan ketika musim hujan tiba, si ibu merasa senang karena anaknya yang berjualan payung laku. Dengan demikian, si ibu akan merasa senang terus bukan?
Pada cerita kedua. Apabila kedua ayat Al-Qur’an yang mereka sebutkan untuk mereka sendiri, maka keduanya akan sama-sama sadar. Jika ayat “Di dalam harta orang kaya terdapat hak-hak orang miskin” tertanam dalam diri orang kaya raya tersebut, orang kaya itu pun tanpa mesti disuruh atau diminta akan memberikan sebagian hartanya kepada pengemis tersebut. Sedangkan jika ayat “Allah tidak akan merubah suatu kaum, jika kaum tersebut tidak merubah dirinya sendiri” tertanam dalam diri sang pengemis, pengemis tersebut pun akan lebih berusaha dalam hidupnya tanpa mengandalkan minta-minta kepada orang lain.
Cerita perspektif lainnya, ketika Thomas Alfa Edison ditanya “Mengapa anda gagal 1000x dalam percobaan membuat lampu pijar menyala?”, jawabnya adalah: “Saya tidak merasa gagal dalam percobaan saya menyalakan lampu pijar, tetapi saya telah melakukan 1000x percobaan bagaimana membuat lampu pijar tidak menyala”. (Kurang lebih ceritanya seperti itu. CMIIW :D )
Sekarang, saya akan memberikan sedikit persepsi saya tentang sesuatu yang semua orang tidak sukai termasuk saya sendiri (kecuali di game :p ), yaitu perang yang menyebabkan banyaknya kematian. Seluruh orang pasti ingin merasa hidupnya damai dan tidak ingin merasakan peperangan. Tetapi, pernahkan berfikir bahwa ada segi positif dari perang itu sendiri, khususnya terhadap dunia? Secara terang-terangan perang dapat menyebabkan banyak kematian sehingga mengurangi jumlah populasi di dunia. Jumlah populasi di dunia ini hampir mendekati 6 milyar manusia. Bayangkan jika dari awal diciptakan bumi ini tidak ada peperangan, berapakah jumlah penduduk yang ada saat ini? Pasti dunia ini sudah penuh sesak dengan manusia. Jika dahulu bom atom tidak dijatuhkan di kota Nagasaki dan Hiroshima, mungkin negara Jepang akan lebih sesak lagi dari sekarang populasinya.
Kesimpulannya, segala sesuatu yang kita hadapi sebenarnya tergantung dari perspektif kita sendiri. Kita bisa menganggap sesuatu itu positif atau negatif, tergantung dari perspektif yang digunakan. Salah satu contoh perkataan yang memiliki suatu perspektif yang baik: “di balik musibah itu ada hikmahnya”. Semoga bermanfaat. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar