Pernahkah Anda melihat seseorang yang secara akademis sangat cerdas, tetapi ternyata jalan hidupnya penuh lobang yang menggembosi kesuksesannya? Iya sih, nilai pelajaran dan kuliahnya sulit bergeser dari angga 9-10, atau A dan paling sial B. Tetapi kok, mencari kerja tak dapat-dapat. Ataupun kalau akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan, karirnya tidak naik-naik. Di situ-situ aja. Stagnan. Kopral macet.
Mengajari kakak sayang pada adik juga bagian melatih soft skill sejak dini (Model: Rama dan Ifan) |
Apa sebab? Ya, orang tersebut mungkin memiliki hard skill yang bagus. Tetapi,
soft skill dia mungkin lemah. Padahal, dalam menempuh rimba-raya kehidupan,
kita memang membutuhkan keduanya. Apa itu hard skill dan soft skill?
Hard skill, kalau diterjemahkan secara bahasa, berarti “ketrampilan keras”.
Maksudnya, bukan ketrampilan mengunyah kerikil, yak! (kalau cokelat
kerikil sih, enak kali hihi). Hard skill adalah penguasaan seseorang terhadap
ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan
bidang ilmunya. Misal, jika dia seorang ahli riset pemasaran, berarti kemampuan
dia dalam mengumpulkan data yang berkualitas, menganalisis dan memetakan pasar.
Atau, jika kita desainer, maka hard skill-nya adalah kemampuan mengoptimalkan
program-program desain untuk menghasilkan desain yang bagus.
Adapun ketrampilan lunak, alias soft skills adalah keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam
mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan
unjuk kerja secara maksimal. Jenis-jenis soft skill antara lain attitude disiplin, tidak
mudah mengeluh, ringan tangan (senang membantu), sabar, memiliki integritas,
inisiatif, motivasi, etika, kepemimpinan, kemauan belajar, menghormati orang
lain, mau bekerja sama, kepintaran berkomunikasi, rendah hati dll.
Banyak para ahli percaya, bahwa kesuksesan hidup kita, tak melulu dari hard skill,
tetapi juga soft skill. Hard skills jelas sangat penting, karena terkait dengan
kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Tetapi, siapa sih, yang betah
kerjasama dengan partner yang cerdasnya mengalahkan Einstein misalnya,
tetapi galaknya juga mengalahkan Fir'aun? Karena itu, saat proses rekruitmen
dan seleksi pada sebuah institusi, selain tes-tes tertulis dan sebagainya yang
berhubungan dengan keahlian yang spesifik, juga ada tes-tes yang berfungsi
mendeteksi kemampuan soft skill-nya, semisal psikotes dan wawancara.
Kenyataannya, banyak orang dengan soft skill bagus, akhirnya bisa lebih sukses
ketimbang yang menyombongkan nilai IPK gue nih, nyaris empat koma.
Soft skill membuat kita lentur, tahan banting, sehinggakarenanya kita mampu
bertahan saat menghadapi dinamika kehidupan. Setiap hari, jutaan manusia melatih
hard skill. Rela bersekolah hingga belasan tahun demi mendapatkan keahlian
tertentu. Sementara soft skill terabaikan. Pantas saja masyarakat kita banyak yang
mudah marah, 'mutungan' alias gampang patah, dan labil.
Mau melatih soft skill? Bersosialisasi di masyarakat, aktif di organisasi, banyak
merenung, membaca buku-buku terkait, sampai pada berusaha keras untuk
menjadi pemeluk ajaran agama secara taat, adalah bagian dari melatih soft skill.
Percayakah Anda, bahwa di dalam curiculum vitae yang Anda tulis saat melamar
pekerjaan, daftar riwayat organisasi Anda bisa jadi lebih dahulu dibaca ketimbang
daftar nilai di ijazah Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar