Kamis, 08 September 2016

Kamu bisa di Cloning Jadi Kamu

Kamu bisa di Cloning Jadi Kamu

Kloning (cloning) adalah cara perkembang biakan makhluk hidup untuk mendapatkan individu atau anakan yang persis sama dengan induknya, tanpa melalui proses pembuahan. Dalam perkembang biakan ini umumnya digunakan ‘sel, jaringan, organ tubuh (sel somatic) dari makhluk dewasa yang telah diketahui sifat-sifat keunggulannya, atau bisa juga sel tubuh dari suatu embrio. Pengertian kloning bersifat umum, tidak terbatas pada hewan atau manusia, tapi juga berlaku pada tumbuhan.
Tim Roslin Institute pimpinan Dr. Ian Wilmut di majalah Nature telah mempublikasikan hasil penelitiannya yang menjadi polemik hingga kini, yaitu keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset berasal dari Finlandia menjadi domba normal, yang kemudian diberi nama Dolly. Wilmut bukanlah orang pertama yang sukses melakukan percobaan kloning. Tahun 1993 Dr. Jerry L. Hall dari Washingon University pernah membelah embrio manusia menjadi beberapa bagian dan masing-masing bagian dibiakkan menjadi embrio yang merupakan duplikat (sama). Rupanya, utak-atik berkaitan reproduksi mamalia tetap terus berlangsung, walau banyak mendapat tantangan. Hal-hal inilah yang kemudian memancing reaksi masyarakat dunia. Polemik menjadi bertambah seru ketika Dr. Martine Nijs, ketua tim peneliti kedokteran Belgia, 9 Maret 1997 mengumumkan bahwa timnya telah meng-klon bocah kembar pada empat tahun sebelumnya dan klon bocah kembar tersebut tumbuh  hingga sekarang.
Para Ilmuwan melalui penelitiannya telah membuka cakrawala baru yang sekaligus juga memberikan harapan dan kehawatiran bagi manusia. Sebagai gambaran, pada sekitar tahun 40-an, mereka mampu melakukan pembuahan ovum dalam tabung- yang merupakan cikal  bakal bagi lahirnya bayi tabung  pada tahun 1951, transfer embrio dari satu sapi ke sapi lainnya untuk pertama kalinya berhasil diuji cobakan. Kemudian, pada 1952, lahirlah sapi pertama yang menggunakan sperma beku, yang hingga sekarang, peternak sapi di Indonesia, dikenal dengan kawin suntik. Setelah sukses pada binatang, mereka pun mencobanya pada manusia. Maka pada tahun 1983 lahirlah seorang bayi yang embrionya berasal dari sperma suami dan telur dari donor wanita lain. Tahun 1984 lahir bayi perempuan dari embrio yang dibekukan. Keberhasilan ini mengundang kontroversial dimasyarakat, terutama di Eropa dan Amerika, tempat dimana penelitian ini dilakukan.
Reaksi yang keras muncul dari kaum agamawan, sebagaimana diketahui kaum agamawan di Eropa dan Amerika sangat keras menentang berbagai penemuan di bidang teknologi.  Ketika Galileo, yang melakukan penelahaan berdasarkan penemuan Copernicus, mengumumkan fakta bahwa bumi bukanlah pusat jagat raya, melainkan hanya suatu planit yang mengelilingi matahari, ia lalu oleh Paus dipenjarakan dengan siksaan dan dikutuk agar menarik pernyataan tersebut. Kaum agamawan di Inggris, mengutuk penggunaan obat anestesi (pembiusan) karena dianggap melawan takdir Tuhan yang bernama rasa sakit. Begitu pula dengan keberhasilan kloning yang bisa digunakan untuk mengklon manusia. Dari Vatikan Paus Yohanes Paulus II mengemukakan bahwa kloning adalah penelitian yang membahayakan umat manusia.
Rupanya ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan berbagai penemuan-penemuan yang dihasilkan dari penelitian para ilmuwan, telah membuat  manusia memperoleh kemudahan dan juga menimbulkan kekhawatiran. Apakah ilmu akhirnya akan mensejahterakan manusia atau justru menyengsarakan manusia?.
Kloning ditentang oleh tokoh-tokoh agama dan moral karena dianggap sebagai usaha melawan takdir. Jika kloning diterapkan pada manusia akan mengacaukan tatanan yang diagungkan agama yakni perlunya keluarga dan perkawinan. Harkat wanita akan diuji nantinya karena teknologi ini, wanita tidak mesti harus nikah dan nikahpun bisa saja dengan sesama wanita dan peran laki-laki bisa dikesampingkan karena sperma tidak diperlukan lagi untuk mendapatkan anak.
Bayangan kengerian lain adalah kloning bisa diselewengkan untuk melahirkan dominasi ras manusia, atau duplikasi manusia berkarakter tertentu (cerdas, gagah, cantik, perkas, licik, kejam atau sifat lain) yang bisa merusak tatanan sosial seperti : kecemburuan, penjajahan, perbudakan, tindakan semena-mena dan lain-lain. Pada sisi lain kepercayaan pada agama menjadi berkurang bahkan dilupakan sama sekali, lantaran nasib kepada  badan, baik fisik atau mental manusia sedikit banyak bisa direkayasa/dirancang. Pada akhirnya manusia menjadi tamak dan lupa dirinya dengan Tuhan-nya dan lupa menjaga hubungan antar manusia.
Namun para ilmuwan beragumentasi tentang keuntungan kloning bila diterapkan pada hewan terutama hewan ternak, misalnya : dapat digunakan  untuk mendapatkan ternak yang berkualitas dan seragam dalam jumlah besar dalam waktu relatif cepat. Dapat digunakan untuk mengatasi problem kepunahan suatu spesies. Bisa mendorong pengembangan penelitian bidang genetika, biokimia, fisiologi reproduksi, kesehatan dan penanganan penyakit hewan yang lebih menguntungkan. Dapat mengatasi problem kermandulan jantan atau betina dan lain-lain.
Ingatlah, keberhasilan teknologi kloning yang telah mampu mengembangbiakkan domba tanpa proses perkawinan bukanlah keberhasilan menciptakan domba, tetapi hanya keberhasilan melakukan rekayasa genetika terhadap DNA yang diambil dari kelenjar susu domba induk. Tanpa bahan dasar dari DNA dari domba induk yang telah disediakan oleh Allah, manusia tidak akan membuat domba. Allah subhanahu wata’aala berfirman, artinya, “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun. Walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS.al-Hajj: 73).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar