Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi
Richardus Eko
Indrajit
Renaissance
Research Center
ABSTRAK
Perkembangan
teknologi informasi yang sedemikian cepatnya telah membawa dunia memasuki era
baru yang lebih cepat dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Setidak-tidaknya
ada empat era penting sejak diketemukannya komputer sebagai alat pengolah data
sampai dengan era internet dimana komputer menjadi senjata utama dalam
berkompetisi. Masing-masing era yang ada memiliki karakteristiknya
masing-masing, dimana secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan
yang erat dengan alam kompetisi dunia usaha, baik secara mikro maupun makro. Yang
harus dipahami adalah bahwa tidak semua negara-negara di dunia telah memasuki
pemanfaatan komputer yang dicirikan oleh era keempat, selain negara-negara maju
seperti Amerika, Jepang, Australia, Jerman, Inggris, dan negara-negara besar
lainnya. Dengan mengetahui trend dari perkembangan teknologi informasi akan
membantu manajemen dalam menyusun strategi perusahaannya dalam bersaing.
Tidak dapat disangkal bahwa salah
satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang datangnya lebih cepat dari
dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi informasi.
Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange,
virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos
batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan
telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem informasi.
Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari
untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan
dalam hitungan detik. Tidak berlebihan jika salah satu pakar IBM
menganalogikannya dengan perkembangan otomotif sebagai berikut: “seandainya
dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini telah
dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga
kecepatan maximum 10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar
Amerika !”. Secara mikro, ada hal cukup
menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi
informasi yang ada secara signifikan mempengaruhi persaingan antara
perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang bergerak di bidang jasa. Secara
garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem informasi, yang
dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era
tersebut terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer
yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai
manajemen perusahaan modern.
Keempat era tersebut (Cash et.al., 1992) terjadi tidak
hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat,
namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern.
Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer,
Porter, sangat mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era
modern. Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan
terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan
teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi
karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang
mempengaruhi behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran
jika masih sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih,
namun masih dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang notabene
merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun1960-an
Era Komputerisasi
Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini
computer dan mainframe diperkenalkan perusahaan seperti IBM ke dunia industri.
Kemampuan menghitung yang sedemikian cepat menyebabkan banyak sekali perusahaan
yang memanfaatkannya untuk keperluan pengolahan data (data processing).
Pemakaian komputer di masa ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, karena
terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, mempergunakan komputer jauh lebih
efisien (dari segi waktu dan biaya) dibandingkan dengan mempekerjakan
berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa.
Pada era tersebut, belum terlihat suasana kompetisi
yang sedemikian ketat. Jumlah perusahaan pun masih relatif sedikit. Kebanyakan
dari perusahaan-perusahaan besar secara tidak langsung “memonopoli pasar-pasar
tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti. Hampir semua
perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang infrastruktur (listrik dan
telekomunikasi) dan pertambangan pada saat itu membeli perangkat komputer untuk
membantu kegiatan administrasinya sehari-hari. Keperluan organisasi yang paling
banyak menyita waktu komputer pada saat itu adalah untuk administrasi back
office, terutama yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. Di pihak lain,
kemampuan mainframe untuk melakukan perhitungan rumit juga dimanfaatkan
perusahaan untuk membantu menyelesaikan problem-problem teknis operasional,
seperti simulasi-simulasi perhitungan pada industri pertambangan dan
manufaktur.
Era Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan
telekomunikasi telah membawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya. Di
awal tahun 1970-an, teknologi PC atau Personal Computer mulai diperkenalkan
sebagai alternatif pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang
dapat ditaruh di meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat
memperoleh data atau informasi yang telah diolah oleh komputer (dengan
kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan mini computer, bahkan mainframe).
Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, namun
lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak
seperti halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi “milik
pribadi” Divisi EDP (Electronic Data Processing) perusahaan, di era kedua ini
setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer, seperti
untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data processing (end-user
computing). Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama
didukung dengan alam kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar
bebas. Secara tidak langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi
komputer sangat efisien dan efektif dibandingkan perusahaan yang sebagian
prosesnya masih dikelola secara manual. Pada era inilah komputer memasuki babak
barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan
kompetitif bagi perusahaan, terutama yang bergerak di bidang pelayanan atau
jasa.
Era Sistem Informasi
Teori-teori manajemen organisasi modern secara
intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an. Salah satu teori yang
paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan
(change management). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan
ditekankan pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama
yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang ingin menang dalam persaingan
bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya yang lebih menekankan pada
unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih ditekankan adalah
sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an
ini adalah penciptaan dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat.
Informasi di dalam perusahaan dianalogikan sebagai darah dalam peredaran darah
manusia yang harus selalu mengalir dengan teratur, cepat, terus-menerus, ke
tempat-tempat yang membutuhkannya (strategis).
Ditekankan oleh beberapa ahli manajemen, bahwa
perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di
dalam lingkungan makro “regulated free market”. Di dalam periode ini, perubahan
secara filosofis dari perusahaan tradisional ke perusahaan modern terletak pada
bagaimana manajemen melihat kunci kinerja perusahaan. Organisasi tradisional
melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama pengukuran kinerja, sehingga
semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau departemen.
Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas
telah menyebabkan customers harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di
pasaran, proses penciptaan produk atau pelayanan (pemberian jasa) kepada
pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan ini sering
diasosiasikan dengan istilah-istilah manajemen seperti “market driven” atau
“customer base company” yang pada intinya sama, yaitu kinerja perusahaan akan
dinilai dari kepuasan para pelanggannya. Sangat jelas dalam format kompetisi
yang baru ini, peranan komputer dan teknologi informasi, yang digabungkan
dengan komponen lain seperti proses, prosedur, struktur organisasi, SDM, budaya
perusahaan, manajemen, dan komponen terkait lainnya, dalam membentuk sistem
informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara
strategis. Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada
kualitas pelayanan. Pada dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau
jasa yang dibutuhkannya, akan mencari perusahaan yang menjual produk atau jasa
tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan faster (lebih cepat).
Di sinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja
perusahaan adalah pada proses yang terjadi baik di dalam perusahaan (back
office) maupun yang langsung bersinggungan dengan pelanggan (front office).
Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process) yang efisien,
efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan akan memiliki kinerja
yang handal. Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun
1990-an terlihat banyak sekali perusahaan yang melakukan BPR (Business Process
Reengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO-9000, implementasi TQM,
instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN), dan lain
sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangat mendominasi dalam
setiap program manajemen perubahan yang dilakukan perusahaan-perusahaan.
Era Globalisasi Informasi
Belum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era
terakhir ini ke dalam sejarah evolusi teknologi informasi. Fenomena yang
terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an, perkembangan di bidang teknologi informasi
(komputer + telekomunikasi) sedemikian pesatnya, sehingga kalau digambarkan
secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika
sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco
pada tahun 1996, para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama
dalam penelitian untuk memperkenalkan internet ke dunia industri pun secara
jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga perkembangan internet akan
menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam adalah benih
pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi
menjulang. Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena
yang terjadi sejak awal tahun 1990-an ini, namun fakta yang terjadi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
q
Tidak ada yang dapat menahan lajunya
perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis
batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada negara yang mampu
untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke luar negara lain, karena
batasan antara negara tidak dikenal dalam virtual world of computer.
q Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet,
Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di
masyarakat. Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai
dan terbukti efektif untuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan
penciptaan dan aliran informasi.
q
Perusahaan-perusahaan pun sudah tidak terikat
pada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer, seseorang dapat
mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan
jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang
mengalir bebas melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat
dengan mudah dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan
mempergunakan electronic money.
q
Tidak jarang perusahaan yang akhirnya harus
mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya, terutama yang bergelut di
bidang pemberian jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat canggih
teknologi informasi telah merubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak
jarang terjadi perusahaan yang banting stir menggeluti bidang lain.
q
Bagi negara dunia ketiga atau yang sedang
berkembang, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di
suatu sisi banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau
SDM-nya, sementara di pihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk
membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki teknologi informasi,
berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias
harus gulung tikar.
Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen
adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis yang ada pada saat ini sedemikian
seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak hanya sebagai
dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor
external lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya
(reformasi), yang secara tidak langsung menghasilkan kebijakan-kebijakan dan
peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan. Secara operasional,
tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi
dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang
di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi perubahan kebutuhan
sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun.
Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi
informasi yang cocok untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif
terhadap perubahan. Para praktisi negara maju menjawab tantangan ini dengan
menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek, seperti OOP (Object
Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management System),
Object Technology, Distributed Object, dan lain sebagainya.
Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam
kompetisi dan kemajuan teknologi informasi sejak dipergunakannya komputer dalam
industri hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki abad informasi
berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi.
Mempergunakan teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah
mindset. Merubah mindset merupakan hal yang teramat sulit untuk dilakukan,
karena pada dasarnya “people do not like to change”. Kalau pada saat ini dunia
maju dan negara-negara tetangga Indonesia sudah memiliki komitmen khusus untuk
mengambil bagian dalam penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana
dengan Indonesia? Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi
negara produsen? Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap
manusia Indonesia adalah kemauan untuk berubah. Tanpa “willingness to change”,
sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat memanfaatkan teknologi informasi
untuk membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis saat ini.
REFERENSI
Cash, James
I., Warren F. McFarlan, and James L McKenney. Corporate Information Systems
Management, Homewood, Illinois: Business One Irwin, 1992.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar