Senin, 05 September 2016

STRATEGI


A. PENGERTIAN STRATEGI
Pengertian strategi secara etimologi berasal dari turunan dari kata dalam bahasa Yunani yaitu strategos. Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada zaman demokrasi Athena. Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.

Sedangkan secara terminologi para ahli mengemukakan definisi strategi dengan sudut pandang yang berbeda-beda namun pada dasarnya semua pendapat tersebut mengarah pada arti atau makna yang sama yakni pencapaian tujuan secara efektif dan efisien, diantaranya ada yang merumuskan tentang definisi strategi tersebut sebagai salah satu proses untuk mencapai suatu tujuan dan berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi pada suatu persaingan guna mencapai sasaran.
Berikut pendapat beberapa ahli tentang strategi sebagai berikut :

Menurut David Hunger dan Thomas L. Wheelen Manajemen Strategis-By J David Hunger Dan Thomas L Wheelen Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Andi, 2003), strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang). Implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian. 

Strategi menurut Purnomo Setiawan Hari (Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996;8)), sebenarnya strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” diambil dari kata stratos yang berarti militer yang berarti memimpin. Jadi strategi dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai general ship yang artinya sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang. 

Henry Mintzberg, seorang ahli bisnis dan manajemen, dalam bukunya (Manajemen Strategi Mintzberg, Strategy safari: a guided tour through the wild of strategic management 1998), membagi pengertian strategi dalam lima definisi yaitu: strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola, strategi sebagai posisi (positions), strategi sebagai taktik (ploy) dan terakhir strategi sebagai perpesktif. 

  • Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita yang telah ditentukan; sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.
  • Pengertian strategi sebagai pola (pattern) adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang konsisten, dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran daripada menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola berbeda dengan berniat atau bermaksud, maka strategi sebagai pola lebih mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja (emergent).
  • Definisi strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk ataupun perusahan dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para penentu kebijakan; sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor faktor ekternal.
  • Pengertian strategi sebagai taktik, merupakan sebuah manuver spesifik untuk mengelabui atau mengecoh lawan (competitor).
  • Pengertian strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan teori yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau cara berpikir ataupun ideologis.
Menurut Menurut Stephanie K. Marrus dalam buku “Desain Penelitian Manajemen Strategik” (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.


Menurut Craig dan Grant (Strategic Management. The Fast-Track MBA Series.Penerbit Ekex Media Computindo, Jakarta. 1996:52) strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang (targeting and long-term goals) sebuah perusahaan/organisasi dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan (achieve the goals and objectives). Proses penyusunan strategi menurutnya lebih banyak menggunakan proses analisis. 

Selanjutnya Quinn (Diagnosing and Changing Culture: Based on The Competing Values Framework. MA: Addison Wesley, 1999:10) mengartikan bahwa strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan/organisasi menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

Menurut Sondang P. Siagian dalam buku Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta 2004) adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Menurut Johnson and Scholes (Exploring Corporate Strategy, 1993), bahwa pengertian strategi adalah arah dan ruang lingkup sebuah organisasi dalam jangka panjang: yang mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber daya dalam lingkungan yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pemangku kepentingan.

Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
  • Pengertian Umum. Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
  • Pengertian khusus. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. 

Dari berbagai pendapat diatas tentang definisi strategi, dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan suatu strategi harus memperhatikan :
  1. Tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu yang akan datang.
  2. Interaksi dengan lingkungan dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya. 
  3. Strategi harus dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, dimana strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok, krena strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi secara umum akan gagal, pada saat organisasi tidak memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa yang di usahakan dan apa yang dilakukan. 

B. KOMPONEN DALAM SUATU STRATEGI

Dalam suatu strategi harus terdapat komponen-komponen sebagai berikut :
  1. Misi (Mission). Misi (mission) adalah rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh suatu organisasi/perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Oleh karena itu, harus ada kcocokan antara misi dan strategi sehingga terdapat kesuaian antara satu dengan yang lain sehingga organisasi bisa berjalan dengan sempurna. Misi merupakan sebuah petunjuk yang membantu untuk menemukan arah dan menunjukkan jalan yang tepat dalam pengembangan suatu organisasi. Tujuan dari misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait.
  2. Visi (Vision). Visi (Vision) merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi/perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti: a. Imagible (dapat di bayangkan).b. Desirable (menarik).  c. Feasible (realities dan dapat dicapai). d. Focused (jelas). e. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).. f. Communicable (mudah dipahami).

Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai:

a. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan.
b. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.
c. Pembentuk dan pembangunan budaya organisasi/perusahaan.

3. Struktur Organisasi

Suatu organisasi/perusahaan harus merancang struktur organisasi yang jelas sesuai dengan strategi yang ditetapkan, sehingga tujuan organisasi/perusahaan lebih mudah dicapai  Dengan kata lain, harus ada keselarasan antara struktur organisasi dan strategi organisasi/perusahaan. Struktur organisasi menurut Richard L. Daft (Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta : Erlangga, 2002:15), dimensi struktur organisasi adalah dimensi yang menggambarkan karakteristik internal dari organisasi dalam menciptakan suatu dasar untuk mengukur dan membandingkan organisasi. Dimensi struktur organisasi terdiri dari: harus mencakup kerangka kerja tanggung jawab, hubungan pelaporan, dan kelompok. Juga harus mencakup mekanisme untuk menghubungkan dan mengkoordinasikan elemen-elemen dalam organisasi secara koheren. Perusahaan dapat memilih struktur organisasi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi, yang menekankan hubungan vertikal seperti sentralisasi, hierarki, aturan-aturan dan rencana-rencana, dan sistem informasi formal. Atau struktur organisasi yang menekankan desentralisasi, pembelajaran, serta komunikasi dan koodinasi secara horisontal.

4. Standar Pelayanan
Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi RI No. 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan). Dalam menyusun Standar Pelayanan perlu memperhatikan prinsip :
a. Sederhana. Standar Pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti, mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya terjangkau bagi masyarakat maupun Penyelenggara.
b. Konsistensi. Dalam penyusunan dan penerapan standar pelayanan harus memperhatikan ketetapan dalam mentaati waktu, prosedur, persyaratan, dan penetapan biaya pelayanan yang terjangkau.
c. Partisipatif. Penyusunan Standar pelayanan dengan melibatkan masyarakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.
d. Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam standar pelayanan harus dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan.
e. Berkesinambungan. Standar pelayanan harus dapat berlaku sesuai perkembangan kebijakan dan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan.
f. Transparansi. harus dapat dengan mudah diakses dan diketahui oleh seluruh masyarakat.
g. Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.

C. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN  STRATEGI
Dalam mengembangkan suatu strategi suatu organisasi/ perusahaan kerap kali dihadapi oleh beberapa pertanyaan seperti: 
1. Di manakah posisi organisasi/perusahaan saat ini? Pertanyaan ini mengantar pada analisa tentang situasi yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu: analisa eksternal, analisa internal, dan analisa tentang kompetisi.
2. Ke mana oraganisasi/perusahaan akan pergi? Pertanyaan ini membawa pada logika mengapa suatu perusahaan/organisasi didirikan. Mission statement hadir sebagai arahan korporasi/perusahaan, sementara itu tujuan jangka panjang dan sasaran-sasaran jangka pendek hadir dalam unit usaha.
3. Bagaimana cara organisasi/perusahaan bisa sampai ke sana? Pada tahap ini strategi disusun sebagai arahan untuk mencapai visi dan misi organisasi/perusahaan. Formulasi strategi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, aras korporasi, aras unit usaha, dan aras fungsi manajemen.
Tahap-tahap pengembangan strategi terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Formulasi: meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang dan tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan. Dalam hal penyusunan strategi, Fred R. David membagi proses ke dalam tiga tahapan aktivitas, yaitu: input stage, matching stage, dan decision stage.[David, 1996]. Termasuk di dalam formulasi strategi adalah pembahasan tentang bisnis baru yang akan dimasuki, bisnis yang dihentikan, alokasi sumber-sumber yang dimiliki, apakah akan melakukan ekspansi atau diversifikasi usaha, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk joint-venture, serta bagaimana untuk menghindari pangambilalihan secara paksa.
2. Tahap Implementasi (biasa juga disebut tahap tindakan): meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai, pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan kinerja organisasi. Pada tahap ini, ketrampilan interpersonal sangatlah berperan. Sebagaimana Carl von Clausewitz (1780-1831) dalam bukunya yang diterbitkan kembali On War, strategi bukanlah sekedar aktivitas problem-solving, tetapi lebih dari itu strategi bersifat terbuka dan kreatif untuk mempertajam masa depan dalam model chain of command di mana suatu strategi harus dijalankan setepat mungkin (menghindari bias-bias yang tidak perlu dalam setiap bagian struktur organisasi). (Clausewitz, 1989).
3. Tahap Evaluasi: meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah: (a) menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan; (b) pengukuran kinerja; (c) pengambilan tindakan perbaikan.
Ada delapan hal penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan strategi yaitu: 
1. Pejabat Strategi 
Pejabat strategi adalah personal yang paling bertanggung jawab atas berhasil atau gagalnya suatu organisasi. Pejabat strategi bisa menyandang berbagi titel jabatan seperti kepala eksekutif, presiden, pemilik, ketua dewan pengurus, direktur eksekutif, ketua penanggung jawab, ketua atau pengusaha. 
2. Misi Perusahaan 
Misi perusahaan adalah suatu pernyataan yang bertujuan membedakan suatu bidang usaha dari organisasi/perusahaan sejenisnya yang lain. Suatu misi organisasi/perusahaan didefinisikan dalam ruang lingkup operasional perusahaan. 
3. Peluang dan Ancaman Eksternal 
Peluang dan ancaman eksternal meliputi bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan politik, pemerintahan, teknologi, dan perkembangan yang kompetitif yang secara signifikansi sangat mempengaruhi organisasi dalam masa yang akan datang. 
4. Kekuatan dan Kelemahan Internal 
Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang harus selalu dikendalikan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi di bidang fungsional atau bisnis adalah aktivitas manajemen strategi. Organisasi berusaha mengikuti strategi mempergunakan kekuatan internal dan memperbaiki kelemahan internal. 
5. Tujuan Jangka Panjang 
Tujuan jangka panjang dapat didefinisikan sebagai hasil spesifik di mana sebuah organisasi merumuskan hal tersebut pada misi dasar perusahaan. Jangka panjang diartikan lebih dari satu tahun. Tujuan adalah penting bagi suksesnya organisasi karena mereka membantu evaluasi, menciptakan sinergi, mengkoordinasikan secara fokus dan menetapkan dasar untuk mengefektifkan perencanaan, organising, motivasi, dan aktivitas kontroling. Tujuan yang dimaksud dalam arti adanya tantangan bisa diukur konsisten, masuk akal dan jelas. 
6. Strategi Strategi adalah berarti bahwa tujuan jangka panjang akan bisa dicapai. Strategi bisnis mengandung unsur-unsur ekspansi geografis, difersifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, likuidasi dan joint venture. 
7. Tujuan Tahunan 
Tujuan tahunan adalah tujuan jangka pendek di mana organisasi harus mencapai hal tersebut untuk melangkah ke tujuan jangka panjang. Seperti tujuan jangka panjang, tujuan tahunan dapat diukur secara kuantitatif, realistis, konsisten dan prioritas. Tujuan tahunan adalah penting untuk implementasi strategi, sedang tujuan jangka panjang adalah penting dalam formulasi strategi. 
8. Policy Policy adalah suatu upaya agar tujuan tahunan bisa dicapai. Policy meliputi : petunjuk-petunjuk, aturan-aturan dan prosedur yang dibuat untuk menunjang usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Suatu strategi dapat gagal jika tidak memenuhi tahapan dan hal-hal penting yang telah disebutkan diatas. Andrew Campbell dan Marcus Alexander mengidentifikasi sekurang-kurangnya terdapat tiga alasan mengapa suatu strategi dapat gagal dalam mengantar suatu perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Ketiga hal tersebut adalah [Campbell dan Alexander, 1997]:
1. Strategi Tanpa Arah (directionless strategies): kegagalan membedakan antara purposes (apa yang akan dilakukan organisasi) dan constraints (apa yang harus dilakukan suatu organisasi agar dapat bertahan). Organisasi/perusahaan yang gagal memahami constraints yang dimilikinya dan salah membacanya sebagai maksud purposes, akan cenderung terlempar dari arena.
2. Kelumpuhan Perencanaan (planning paralysis): kegagalan menentukan pijakan awal untuk bergerak (dari strategi atau tujuan?) menyebabkan terjadinya rencana yang ‘lumpuh’ akibat kebingungan terhadap pelibatan ‘proses’ dalam penyusunan suatu strategi. Menentukan tujuan dan kemudian menyusun strategi untuk mencapainya ataukah meniru strategi yang telah terbukti berhasil dan kemudian menentukan tujuan yang dapat/ingin dicapai berdasarkan strategi tersebut.
3. Terlalu Fokus pada Proses (good strategy vs planning process): Seringkali pimpinan berharap untuk dapat menyusun suatu strategi yang baru dan lebih baik. Sayangnya keberhasilan seringkali tidak semata bergantung pada proses perencaaan yang baru atau rencana yang didesain dengan lebih baik, tetapi lebih kepada kesanggupan pimpinan untuk memahami dua hal mendasar, yaitu: keuntungan atas dimilikinya maksud (purposes) yang stabil dan terartikulasi dengan baik; serta pentingnya penemuan, pemahaman, pendokumentasian, dan eksploitasi informasi-informasi penting (insights) tentang bagaimana menciptakan nilai lebih banyak dibanding organisasi/perusahaan lain.
Menurut Henry Mintzberg dalam tulisannya di Harvard Business Review (1994) mengungkapkan bahwa perencanaan strategik (strategic planning) memiliki suatu potensi kegagalan besar. Kegagalan tersebut adalah keyakinan bahwa analisa akan menuju pada sintesa dan perencanaan strategik adalah pembuatan strategi (strategy making). Pada dasarnya, kegagalan ini disebabkan oleh tiga kesalahan mendasar pada asumsi, yaitu (Mintzberg, 1994):
1. Fallacy of Prediction: tidak setiap hal dapat begitu saja diprediksi, kecuali hal-hal yang memiliki pola berulang (repetitive pattern) seperti musim. Sedangkan hal-hal lainnya seperti penemuan teknologi dan peningkatan harga hampir tidak mungkin diduga secara relatif akurat, kecuali oleh para visioner yang biasa membangun strateginya secara personal dan intuitif. (bandingkan Ansoff, 1965).
2. Fallacy of Detachment: seringkali pimpinan dipisahkan dari persoalan detil dan operasional, sesuatu yang seharusnya mereka kenal dengan baik. Ketika pimpinan terjauhkan dari hal-hal mendasar tersebut, pimpinan akan gagal memahami keseluruhan proses dan mengingkari. Proses harus sepenuhnya dipahami sebelum diprogram.
3. Fallacy of Formalization: kegagalan perencanaan strategik adalah kegagalan sistem untuk bekerja lebih baik daripada manusia. Sistem formal atau mekanikal seringkali gagal mengimbangi informasi yang berkembang dalam otak manusia. Sistem memang sanggup mengelola informasi yang lebih banyak, tetapi tidak sanggup menginternalisasikan, mencernanya, dan mensintesanya. Formalisasi merujuk pada tata urutan yang rasional, tetapi pembuatan strategi adalah proses pembelajaran yang terus bergerak. Formalisasi akan gagal mencerna sesuatu yang tidak berkesinambungan dan baru. Karenanya pemahaman tentang perencanaan strategik (strategic planning) harus bisa dibedakan dari pemahaman tentang pembuatan strategi (strategy making). Keduanya tidak bisa dianggap sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar