Rabu, 21 September 2016

PEMBELAJARAN TERPADU HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia masih terfokus pada pengembangan kecerdasan siswa dari sisi kognisi. Siswa masih dibebani dengan banyak tugas mata pelajaran yang di dalamnya hanya memuat konsep-konsep dan materi tentang pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan pun masih sebatas kemampuan dasar yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Kemampuan yang bersifat kecerdasan akan membimbing siswa untuk menguasai keterampilan utnuk bekerja sesuai dengan bidang pekerjaan mereka. Akan tetapi, untuk mewujudkan pribadi yang mampu bekerja dengan baik, tidak hanya kemampuan kognisi siswa yang ditingkatkan. Pengembangan soft skills adalah kunci agar seseorang dapat bekerja sama, berperilaku yang tidak menyalahi aturan, tidak gemar menyakiti orang lain, dan mampu mengontrol diri agar tidak berbuat jahat.
Pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga ekrja yang profesional maka diperlukan pendidikan hard skill yang baik. Kemampuan yang bersifat kejuruan dan khusus untuk menguasai bidang tertentu akan melengkapi kinerja suatu instansi. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan dan perguruan tinggi membekali kemampuan kognisi yang cukup untuk menguasai bidang/jurusan yang diambil agar ketika lulus dapat menemukan pekerjaan dengan mudah. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk mengurangi banyaknya pengangguran di Indonesia. Oleh karena itu, benar bahwa pengembangan hard skill sangat diperlukan untuk generasi bangsa.Pendidikan yang menekankan hard skill adalah kunci untuk mencetak manusia-manusia cerdas. Akan tetapi ada satu sisi yaitu sisi kemanusiaan yang menyebabkan manusia tidak akan bisa menjadi baik apabila soft skill-nya tidak dikembangkan dan diterapkan dengan baik. Oleh karena itu, pendidikan dasar dari sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi harus memperhatikan aspek keperibadian dan soft skill agar lulusan yang dihasilkan tidak sekedar cerdas akan tetapi juga menjadi manusia yang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka di dalam makalah ini akan dibahas tentang soft skill, hard skill, dan bagaimana cara mengajarkan kedua keterampilan tersebut. Termasuk dalam pembelajaran, salah satu aspek yang akan dikaji adalah mengintegrasikan soft skill ke dalam pembelajaran yang berbasis hard skill.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diangkat, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana cara mengajarkan soft skill?
2.      Bagaimana cara mengajarkan hard skill?
3.      Bagaimana integrasi Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran Hard Skill?
 C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ditentukan adalah.
1.      Menjelaskan cara mengajarkan soft skill?
2.      Menjelaskan cara mengajarkan hard skill?
3.      Menjelaskan integrasi pengembangan soft skill dalam pembelajaran hard skill.


BAB II
Pembahasan

A.    Soft Skills
1.    Konsep Soft Skills
Menurut Ramdhani (2008) dalam Syawal (2010) pengertian soft skill didefenisikan sebagai keterampilan lunak (soft) yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain, atau dikatakan sebagai interpersonal skills. Menurut Bahrumsyah soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mempu mengembangkan untuk kerja secara maksimal. Dari kedua pendapat tersebut diatas, ada kesamaan pendapat tentang pengertian soft skill yaitu interpersonal skill  hanya saja pada pendapat Bahrumsyah ditambahkan intrapersonal skills yaitu keterampilan mengatur dirinya sendiri.
Dari pendapat tersebut diatas masih terdapat kemampuan tambahan seseorang diluar dari interpersonal skills dan intrapersonal skills yang disebut Ekstrapersonal skills seperti kemampuan seseorang dalam spritual inteligence (SQ). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian soft skill yaitu kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) serta kemampuan tambahan seseorang dalam kepercayaan/kepedulian baik terhadap penciptanya maupun orang lain (ekstrapersonal skills).

Apa saja yang termasuk di dalam soft skill? Menurut Ramdhani dalam Syawal beberapa keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skill adalah: etika/propesional, kepemimpinan, kreativitas, kerjasama, inisiatif, facilitating kelompok maupun masyarakat, komunikasi, berpikir kritis, dan problem solving. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika dan Kanada, ada 23 atribut softskills yang dominan di lapangan kerja yang dimuat oleh Tarmidi dalam websitenya. Ke 23 atribut tersebut diurut berdasarkan prioritas kepentingan di dunia kerja, yaitu: (1) inisiatif, (2) etika/integritas, (3) berfikir kritis, (4). kemauan belajar, (5) komitmen, (6) motivasi, (7) bersemangat, (8) dapat diandalkan, (9) komunikasi lisan, (10) kreatif, (11) kemampuan analitis, (12) dapat mengatasi stres, (13) manajemen diri, (14) menyelesaikan persoalan, (15) dapat meringkas, (16) berkoperasi, (17) fleksibel, (18) kerja dalam tim, (19) mandiri, (20) mendengarkan, (21) tangguh,  (22) berargumentasi logis, (23) manajemen waktu.

2.    Mengajarkan Soft Skill
Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan. Dari pendata di atas, pembelajaran soft skill dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan ke dalam pembelajaran di kelas.
Poppy Yaniawati dalam Agus Wibowo (20012:130) mendefinisikan soft skills dengan kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademik yang   mengutamakan pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Keduga kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang, melalui proses pembelajaran, maupun proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan di atas adalah kemampuan yang harus diasah pada setiap individu. Oleh karena itu, pembelajaran akademis di kelas harus selalu memperhatikan perkembangan soft skill siswa agar terus dikembangkan.
a.      Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Interpersonal.
Muhammad Yaumi (20012:144) Menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan untuk memberikan empati dan respon. Biasanya orang memiliki kecerdasan interpersonal yang dominan cenderung berada pada kelompok ekstrovert dan sangat sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain. Mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim dengan baik. Oleh karena itu, mereka sangat fleksibel bekerja dalam suatu kelompok karena mampu memahami watak dan karakter orang lain dengan mudah.
Muhammad Yaumi (2012:147) berpendapat bahwa karakteristik kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut. 1) Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang membangun interaksi antar satu dengan yang lainnya. 2) Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia. 3) Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif. 4)Ketika menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang dilakukan melalui chatting atau teleconference. 5)Merasa senang berpartisipasi dalam oraganisasi-organisasi sosial, keagamaan, dan politik. 6) Sangat senang mengikuti acara talkshow di TV dan radio. 7)Ketika bermain atau berolah raga, sangat pandai bermain secara tim (Double atau kelompok) dari pada bermain sendiri (singgle). 8) Selalu merasa bosan dan tidak bergairah ketika bekerja sendiri. 9) Selalu melibatkan diri dalam club-club dan berbagai aktivitas ekstrakurikuler. 10) Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah dan isu-isu sosial.
Muhammad Yaumi (2012:149) berpendapat bahwa untuk dapat mengembangkan dan mengonstruksi kecerdasan interpersonal yang memiliki peserta didik, berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dapat dilihat sebagai berikut.
1)      Menerapkan model jigsaw
2)      Membuat kelompok kooperatif
3)      Melakukan board games
4)      Mengajar teman sebaya
5)      Berkomunikasi orang per orang
6)      Membuat team work
7)      Mempelajari perasaan orang lain
8)      Melaksanakan penilaian tim
9)      Membuat keterampilan kolaboratif
10)  Berdiskusi kelompok
11)  Membagi pasangan (peer sharing)
12)  Melakukan praktik empati
13)  Melakukan umpan balik
14)  Membuat proyek kelompok
15)  Melakukan simulasi
16)  Melakukan wawancara
17)  Menebak karakter orang lain.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk mengajarkan soft skill di atas bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas yang utama adalah pendidikan bersifat akademis dengan hasil peningkatan kemampuan kognitif siswa. Oleh karena itu, untuk mengajarkan soft skill di dalam kelas, guru harus memadukannya dengan mata pelajaran yang akan diajarkan.

b.      Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Intrapersonal
Muhammad Yaumi (2012:173) berpendapat bahwa pada umumnya orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan proyek-proyek, meskipun kadang-kadang memerlukan perhatian ekstra. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal bukan hanya cenderung untuk menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, tetapi juga berhubungan dengan kemampuiannya untuk merefleksi diri. Individu dengan kecerdasan intrapersonal dapat menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksi diri memikirkan tujuan dan  keberadaan diri mereka, bahkan lebih dari itu, mereka terobsesi untuk berada di atas hal-hal yang dipikirkannya. Jika tidak memiliki tujuan tertentu yang harus dilakukan di luar, seperti pergi sekolah, tempat kerja atau kegiatan lain, maka mereka mungkin tidak akan meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu tertentu. Pendeknya, kecerdasan intrapersonal merujuk pada kemampuan individu untuk mengenal dan menerima kelebihan dan kelemahan yang ada dalam dirinya. Artinya, orang yang cerdas secara intrapersonal berarti orang yang menyadari keberadaan dirinya secara mendalam termasuk perasaan, ide-ide, dan tujuan hidupnya.
Menurut Muhammad Yaumi (2012:175-177) karakteristik kecerdasan intrapersonal adalah sebagai berikut. 1) Menyadari dengan baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan atau moralitas. 2) Belajar dengan sangat baik ketika guru memasukkan materi aygn berhubungan dengan sesuatu yang bersifat emosional. 3) Sangat mencintai keadilan baik dalam persoalan sepele maupun persoalan besar lainnya. 4) Sikap dan perilaku, menghargai gaya dan metode belajar. 5) Sangat peka terhadap isu-isu yang berhubungan dengan keadilan sosial. 6) Bekerja sendiri jauh lebih produktif daripada bekerja dalam suatu kelompok atau tim. 7) Selalu ingin tahu tujuan yang hendak dicapai sebelum memutuskan untuk melakukan suatu pekerjaan. 8) Ketika meyakini suatu yang dapat membawa kebaikan bagi kehidupan, seluruh daya dan upaya tercurah untuk mengejar sesuatu itu. 9) Senang berpikir dan berbicara tentang penyebab seseorang dapat menolong orang lain. 10) Senang untuk bersikap protek terhadap diri dan keluarga bahkan orang lain. 11) Membuka diri atau bersedia melakukan protes atau menandatangani petisi untuk perbaikan segala kekeliruan.
Muhammad Yaumi (2012:177) berpendapat bahwa orang yang memiliki kekuatan intrapersonal terintegrasi sifat-sifat positif seperti teguh pendirian, jujur pada diri sendiri, instrospektif, adil, berpikir panjang, kreatif, futuristik, disiplin, religius, dan hati-hati. Namun, jika sifat-sifat tersebut keluar dari koridor yang sebenarnya dapat menyebabkan lahirnya perilaku-perilaku negatif seperti egois, mementingkan diri sendiri, terlalu protektif, curang pada orang lain, tidak rasional, berlebih-lebihan, over acting, kaku, tidak fleksibel, dan lambat dalam memberikan respon pada lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu, faktor pendidikan sangat menentukan adanya perbaikan dari berbagai kelemahan tersebut.
Menrut Muhammad Yaumi (2012:178-179) terdapat beberapa aktivitas pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan intrapersonal. Aktivitas yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1)      Melakukan tugas mandiri.
2)      Menanyakan tentang perasaan ketika belajar sesuatu.
3)      Membuat rencana aplikasi diri.
4)      Membentuk hubung perorangan (personal connection).
5)      Memberi kebebasan memilih waktu untuk mengerjakan sesuatu (free-choice time)
6)      Membuat identifikasi diri.
7)      Menerapkan berpikir tingkat tinggi.
8)      Membuat otobiografi sederhana.
9)      Membuat pernyataan diri.
10)  Berkonsentrasi.
11)  Mengungkapkan perasaan.
12)  Membuat prioritas perorangan.
13)  Menciptakan situasi terfokus.
14)  Menyusun tujuan melakukan sesuatu.
15)  Melakukan refleksi dalam situasi yang hening.
16)  Belajar mandiri.
17)  Menerapkan belajar dalam kehidupan nyata.
18)  Berpikir strategik.
Aktivitas permbelajaran seperti di atas dapat dikembangkan sesuai dengan jenis bahan ajar dan tujuan pembelajaran yang disajikan. Beberapa aktivitas pembelajaran di atas dapat diuraikan secara rinci dengan memerhatikan kosnep dasar, tujuan, prosedur penyajian, dan contoh penerapannya dalam situasi ruangan kelas tertentu. Ruang kelas yang dimaksud dapat dikondisikan sesuai dengan situasi real yang terdapat pada masing-masing sekolah.

B.     Hard Skills
1.      Konsep Hard Skill
Proses pembelajaran di perguruan tinggi lebih menitik beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat pada prestasi mahasiswa yang ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP). Indeks prestasi dibuat berdasarkan hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan berdasarkan indeks prestasi seperti inilah yang sering disebut sebagai kemampuan hard skill.
 Menurut Bahrumsyah (2010) hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Menurut Syawal (2010) hard skill yaitu  lebih beriorentasi mengembangkan intelligence quotient (IQ). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard skill merupakan kemampuan untuk menguasai ilmu pengatahuan teknologi dan keterampilan teknis dalam mengembangkan intelligence quotient yang berhubungan dengan bidangnya.
Istilah hard skills merujuk kepada pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang tertentu yang berhubungan dengan suatu proses, alat, atau  teknik.. Ketrampilan yang termasuk dalam hard skills,  misalnya ketrampilan mengoperasikan komputer, pengetahuan dan ketrampilan finansial,  ketrampilan berbahasa asing, dan ketrampilan perakitan produk. Dalam kegiatan pembelajaran hard skills merupakan hasil belajar yang tergolong pada ranah kognitif dan psikomotorik yang diperoleh dari proses pemahaman, hapalan dan pendalaman materi dari model-model  pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kemampuan hard skills mahasiswa dapat dinilai dari indeks prestasi yang diperoleh di setiap semester.
Syarief Basir dkk (2011:1-2) Hard Skill adalah kemampuan yang bisa dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengna subyek yang dipelajari. Misalnya, seorang mahasiswa belajar akuntansi dengan harapan bahwa setelah belajar akuntansi dia bisa membuat laporan keuangan. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang berhubungan dengan bidang yang dipelajari. Dapat dikatakan bahwa hard skill bersifat kasat mata atau nyata.
Dalam panduzone.blogspot.co.id (04-03-2012), Hard skill merupakan keterampilan dalam penguasaan ilmu pengetahuan atau akademis, teknologi, dan keterampilan teknis lainnya yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Hard skill cenderung lebih berorientasi dalam pengembangan intelligence quotient (IQ), sedangkan soft skill berorientasi dalam pengembangan emotional quotient (EQ). Selama ini sistem pendidikan di Indonesia memberikan porsi yang lebih besar dalam pengembangan hard skill, ini dapat dilihat dari sistem penilaian di berbagai jenjang pendidikan yang masih berdasarkan hasil penilaian dan evaluasi pengajar terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. Sangat penting untuk mengembangkan hard skill, karena kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan benar sangat tergantung dari hard skill yang dia miliki. Seseorang tidak mungkin dapat membuat suatu alat yang berguna jika dia tidak mengetahui cara pembuatan, tujuan dan manfaat alat tersebut. Dalam dunia kerja, saat ingin melamar pekerjaan, calon karyawan perlu untuk mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan hard skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan kemudian diimbangi dengan soft skill sebagai landasan dalam melakukan pekerjaan.   
Tidaklah tepat jika kita hanya mengandalkan salah satu dari hard skill atau soft skill saja. Karena, idealnya hard skill yang menekankan pada aspek kognitif dan teknis keilmuan tertentu harus dilengkapi dengan soft skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kinerja seseorang. Kolaborasi antara hard skill dan soft skill akan menghasilkan kehidupan yang lebih baik.

2.      Mengajarkan Hard Skill
Mengajarkna hard skill adalah tugas orang tua dan guru di sekolah. Keterampilan ini dilatih yaitu agar individu mampu menguasai bidang pendidikan yang akan diterapkan di dunia kerja. Keterampilan mengoperasikan komputer untuk seorang admin, kemampuan mengajar untuk seorang guru, kemampuan berbicara untuk seorang narator, dan lain sebagainya. Hal yang akan sangat nampak adalah kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran di perguruan tinggi lebih menitik beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat pada prestasi mahasiswa yang ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP). Indeks prestasi dibuat berdasarkan hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan berdasarkan indeks prestasi seperti inilah yang sering disebut sebagai kemampuan hard skill.
Menurut Bahrumsyah (2010) dalam (hardinan.bogspot.co.id) hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Hard skill yaitu  lebih beriorentasi mengembangkan intelligence quotient (IQ). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard skill merupakan kemampuan untuk menguasai ilmu pengatahuan teknologi dan keterampilan teknis dalam mengembangkan intelligence quotient yang berhubungan dengan bidangnya.
 Ulasan di atas menunjukkan bahwa pengembangan hard skill adalah melalui pendidikan formal di kelas. Mata pelajaran yang ada adalah untuk mengasah kemampuan siswa. Kemampuan yang diasah di sekolah dasar dan sekolah menengah bertujuan untuk membekali siswa kemampuan dasar untuk mempelajari kemampuan yang lebih sepesifik di jenjang pendidikan berikutnya. Pembelajaran hard skill paling ditekankan pada jenjang sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi.
Hard skill merupakan syarat umum yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja karena setiap bidang pekerjaan membutuhkan kemampuan spesifik yang dikuasai. Seseorang yang tidak menguasai hard skill tertentu maka akan sulit mendapatkan pekerjaan yang sifatnya menuntut keahlian khusus. Akan tetapi, untuk dapat menjalankan perannya dalam bekerja, seseorang tidak bisa lepas dari soft skill karena yang bertugas menjadi kontrol dalam bekerja adalah soft skill seperti yang telah diulas di atas.

C.    Integrasi Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran Hard Skill
Pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membuat siswa menjadi manusia cerdas dan menjadi manusia baik (good). Sekolah tidak hanya mengajarkan mata pelajaran yang mencerdaskan aspek kognisi saja, akan tetapi pendidikan harus bisa mengasah soft skill atau sikap dan keperibadian siswa. Oleh karena itu, pembelajaran soft skill harus diadakan di sekolah dengan cara mengintegrasikan dalam pembelajaran hard skill (kognitif).
Pendidikan karakter menjadi jawaban dari pendidikan yang tidak hanya menekankan penguasaan kemampuan kognisi, namun juga mengembangkan kemampuan soft skill. Soft Skills adalah kemampuan diri yang di dalamnya mencakup pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran kognitif antara lain.
1.      Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain serta hidup rukun dan berdampingan.
2.      Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mnecerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3.      Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4.      Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5.      Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dll dengan sebaik-baiknya.
6.      Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7.      Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8.      demokratis, yakni cara berfikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9.      rasa ingin tahu, yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.
10.  semangat kebangsaan dan nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang meningkatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
11.  cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa budaya ekonomi politik dan sebagainya, sehingga tidak m,udah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12.  menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat dan prestasi yang lebih tinggi.
13.  komunikatif, senang bersahabat dan prokaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama secara kolaboratif dengan baik.
14.  cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
15.  gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16.  peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupayamenjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17.  peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan perbuatan terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18.  tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional maka diperlukan pendidikan hard skill yang baik. Kemampuan yang bersifat kejuruan dan khusus untuk menguasai bidang tertentu akan melengkapi kinerja suatu instansi. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan dan perguruan tinggi membekali kemampuan kognisi yang cukup untuk menguasai bidang/jurusan yang diambil agar ketika lulus dapat menemukan pekerjaan dengan mudah. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk mengurangi banyaknya pengangguran di Indonesia. Oleh karena itu, benar bahwa pengembangan hard skill sangat diperlukan untuk generasi bangsa.
Pendidikan yang menekankan hard skill adalah kunci untuk mencetak manusia-manusia cerdas. Akan tetapi ada satu sisi yaitu sisi kemanusiaan yang menyebabkan manusia tidak akan bisa menjadi baik apabila soft skill-nya tidak dikembangkan dan diterapkan dengan baik. Oleh karena itu, pendidikan dasar dari sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi harus memperhatikan aspek keperibadian dan soft skill agar lulusan yang yang dihasilkan tidak sekedar cerdas akan tetapi juga menjadi manusia yang baik.

  
DAFTAR PUSTAKA

Joni R.T. dkk. 1996. Materi Pokok Pembelajaran Terpadu S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud
Muhammad Yaumi.2012. Pembelajar Berbasis Multiple Intelligence. Jakarta: PT Dian Rakyat
Saptono. 2002. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter: Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis. Salatiga: Erlangga
Suyadi.2013.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Trianto.2010.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta;PT Bumi Aksara

http://hardinan.blogspot.co.id/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html. (diakses pada 19-11-2015. 09.17 WIB)
http://hardinan.blogspot.co.id/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html (diakses pada 06-12-2015 20.00 WIB)
http://pgsd-uny.blogspot.co.id/2011/10/penerapan-soft-skill-di-sekolah-dasar.html (diakses pada 06-12-2015 20.15 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar