PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH
BUKU[1]
B.P.
Sitepu
Universitas
Negeri Jakarta
Abstrak
Dalam abad 21 ini laju perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sangat cepat dan banyak
dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk memperkaya pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan di pendidikan formal dan non formal. Penelitian ini
bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana pemenang Sayembara Penulisan Naskah
Buku Pengayaan yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2013, menggunakan TIK dalam menulis
naskahnya. Penelitian deskriptif ini dilakukan Oktober sampai dengan Desember 2013 di Puskurbuk dengan
menggunakan metode survei dan diperdalam dengan wawancara kepada pemenang
Sayembara. Data diolah dengan menggunakan statistik sederhana dan dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pemenang Sayembara pada
umumnya belum menggunakan TIK sebagai sumber informasi memperluas
wawasannya. Mengingat pentingnya TIK sebagai sumber informasi dan sumber
belajar, penelitian ini menyarankan agar dalam pelatihan/penataran pendidik dan
tenaga kependidikan diberikan keterampilan menggunakan TIK dan memotivasi
mereka belajar mandiri untuk meningkatkan profesionalismenya.
Kata kunci: sayembara, buku pengayaan, teknologi informasi dan
komunikasi, sumber belajar
Abstract
In the 21st century, information and communication
technology (ICT) is developing tremendously fast and used a lot as learning resources to facilitate learning
in formal and nonformal education. This research aimed at describing how the
winners of supplementary textbook writing competition conducted by The Center
for Curriculum and Book Development of
Ministry of Education and Culture in 2013, benefitted ICT to improve their
performance. The descriptive research was carried out as from October through
December 2013. The data collected using questionair and interviewing the winners as the respondent,
were analyzed qualitatively. This research concludes the winners take
low use of ICT as a learning
resource to broaden their knowledge and develop their skills. Based on the research
finding, it is recommended that in the teachers’ training, the teachers should
be encouraged to use ICT to improve their professional competence.
Keywords:
writing competition, supplementary textbook, information and communication
technology, learning resources.
PENDAHULUAN
Di era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) abad
ke-21 ini, berbagai informasi dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Informasi
itu tersedia dan terbuka untuk umum dengan
mempergunakan berbagai produk teknologi informasi dan komunkasi. Kemajuan belajar dewasa ini banyak
dipengaruhi oleh keterampilan dan kecepatan seseorang menggunakan TIK, yang
antara lain adalah internet. Begitu melimpahnya informasi dalam berbagai bidang
dan untuk berbagai keperluan yang dapat diperoleh di internet, sehingga dapat
dikatakan bahwa informasi itu kini berada pada ujung jari. Persoalannya
sekarang, sejauh mana seseorang melek
teknologi informasi serta cekatan memakai ujung jarinya
meng”klik” tombol pencari dan penemu informasi serta mampu memilah, memilih, serta menggunakan informasi
itu sebagai pengetahuan.
Sebagaimana teknologi pada umumnya, TIK juga
berkembang cepat dan semakin canggih. Kalau ilmu pengetahuan berkembang dua
kali lipat dalam dua sampai tiga tahun (Marquard, 2002: xiii), teknologi berkembang hampir setiap tiga bulan
dan hampir setiap hari muncul produk teknologi baru yang kemampuan dan
kecanggihannya terus menerus semakin tinggi (Walker, 1988: 12). Kalau
perkembangan yang demikian sudah terjadi pada dekade akhir abad ke 20, dalam
abad ke 21 ini
tentu teknologi berkembang lebih cepat dan lebih canggih lagi. Meningkatnya kemampuan dan kecanggihan TIK
membuat jenis dan jumlah informasi yang diproses dan dikomunikasikan semakin
banyak dan semakin cepat. TIK juga membuat batas ruang komunikasi semakin luas dan
terbuka sehingga memberikan pengaruh yang berarti
terhadap ekonomi, politik, budaya, dan keamanan setiap negara di dunia.
Perkembangan pesat TIK seperti yang diperkirakan oleh
Raymond S (1988: 2 -8) lebih dari 2 (dua) dekade lalu, dewasa ini telah menjadi kenyataan dan
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Perkembangan yang sangat berpengaruh
terhadap cara orang berpikir dan bekerja itu antara lain ialah (a) kecepatan
alat menghitung dan memperoses informasi dengan ukuran alat yang semakin kecil
dan menggunakan semakin sedikit sumber daya/listrik serta dengan harga semakin
murah; (b) sistem komputer yang menggunakan multi processor architecture
semakin bekembang; (c) terminal nirkabel dipergunakan untuk mengakses jaringan
komputer; (d) berbagai perangkat lunak berkembang untuk memenuhi berbagai
kebutuhan termasuk untuk pendidikan; (e) berkembangnya perangkat lunak memperkaya
teks konvensional dengan grafik dinamis, gambar, dan animasi; (f) fasilitas multimedia dapat mengintegrasikan teks, gambar, dan suara; (g)
penggunaan bahasa berorientasi kepada pemakai sehingga dapat mengoperasikannya dengan mudah tanpa pelatihan khusus; (h) pelayanan
informasi berbasis komputer untuk beribagai keperluan; dan (i) peralatan semakin
canggih dan berkemampuan tinggi untuk berinteraksi dengan pangkalan data yang
semakin luas.
Dalam dua dekade akhir abad
ke 20, laju perkembangan teknologi sangat cepat dan gadget baru muncul terus menerus
termasuk telepon seluler, TV kabel, website, IM, iPod, Blogs, MySpace,
Facebook, dan Youtube. TIK semakin merambah dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Generasi yang lahir tahun 1980-an sampai
1990-an disebut Generasi Net (Net berasal dari kata Internet), karena generasi ini
memiliki kebiasaan menggunakan internet sebagai media informasi dan komunikasi.
Sedangkan generasi yang lahir sesudah tahun 1990-an
disebut generasi-i atau iGeneration (berasal dari kata “i” dalam iphone,
ipod,
ipad dan lain-lain). Generasi ini lahir dan tumbuh di
lingkungan perkembangan berbagai jenis
teknologi.
Kemajuan TIK juga mempengaruhi proses pendidikan pada
umumnya, pembelajaran pada khususnya. Guru yang tidak tanggap dan tidak
terampil menggunakan
internet akan ketinggalan informasi tentang berbagai perkembangan dan kemajuan
di dunia. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, peserta didiknya yang rajin menjelajahi
internet memiliki lebih banyak
pengetahuan dalam hal tertentu. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan guru sama sekali tanpa memanfaatkan TIK
dan tetap mempertahankan
sumber belajar tradisional
akan membosankan dan melelahkan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapi.
Generasi-i
memiliki ciri yang lebih maju lagi daripada Generasi Net yang disebut juga
dengan digital
native. Generasi-i
lahir di lingkungan peralatan teknologi dan dari waktu
ke waktu mendapat dan menggunakan
berbagai jenis teknologi baru. Mereka
menghabiskan banyak waktu dengan bermain, berkomunikasi, dan belajar
menggunakan media elektronik.
Mereka lihai melakukan multitasking,
menggunakan media sosial dan media elektronik, serta hidup dalam jaringan sosial seperti Facebook,
My Space, dan Second Life.
Kehidupan yang demikian membuat mereka lebih senang menyendiri, sibuk dengan
telepon genggamnya ngobrol dengan temannya atau saling mengirim pesan singkat (texting), sambil bersilancar di internet. Akibatnya, lambat laun mereka membenci
sekolah jika sekolah tidak menggunakan TIK semaju mereka. Dengan proses pembelajaran yang
tradisional di sekolah, mereka merasa bosan (Rosen,2010: 3).
Ilustrasi seperti yang diuraikan di atas, menuntut
guru mengikuti perkembangan TIK serta menggunakannya tidak semata-mata menjadi media social, tetapi
terutama untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesionalnya. Terampil menggunakan
TIK berarti tahu bagaimana cara dengan mudah, cepat, dan
tepat mendapatkan informasi yang diperlukan. Apabila memiliki kemampuan yang
demikian, guru tidak akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam
meningkatkan pengetahuannya dan prinsip belajar sepanjang hayat dapat
dilakukannya secara mandiri.
Sungguhpun TIK maju pesat dan dapat dipergunakan sebagai sumber
informasi, media cetak seperti buku masih diandalkan sebagai salah satu sumber
belajar. Penggunaan buku sangat praktis serta harganya relatif murah. Akan
tetapi, ternyata jumlah dan jenis buku baru yang terbitk di Indonesia masih
sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Dalam tahun 2010 jumlah buku baru
yang diterbitkan tidak termasuk buku terjemahan dan cetak ulang hanya berkisar
10.000 judul. Masing-masing judul dicetak dengan tiras rata-rata sekitar 3.000
eksemplar. Jumlah itu diperkirakan tidak banyak berubah sampai tahun 2013. Dengan
demikian, diperkirakan jumlah buku baru berkisar 30 juta eksemplar. Sementara
itu penduduk Indonesia yang memiliki kemampuan membaca diperkirakan
mencapai 60 % dari jumlah
penduduk Indonesia atau sekitar 140 juta orang. Dengan
perhitungan yang demikian maka rasa buku baru terhadap penduduk Indonesia yang
melek baca hanya 0,21 atau satu buku untuk 5 orang. Sedikitnya jumlah buku terbitan
baru di Indonesia juga terlihat pada koleksi
perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum yang kekurangan buku
terbitan baru hasil
penerbit Indonesia.
Di samping jumlahnya masih
kurang, mutu buku juga belum sebaik yang dikehendaki khususnya untuk keperluan
pendidikan. Hal ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang sejak tahun 1980
sampai sekarang ini menilai buku yang sasarannya sekolah, baik sebagai buku teks pelajaran maupun sebagai buku
pengayaan.
Dari hasil penilaian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
setiap tahun tidak sampai 50% buku non-teks (buku untuk perpustakaan) dinyatakan
memenuhi syarat. Sedangkan hasil penilaian untuk buku teks pelajaran sejak
tahun 1995 menunjukkan, belum pernah ada buku yang dapat langsung dipakai
tanpa perbaikan.
Untuk mendorong penulisan buku pelajaran, setiap tahun
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (yang sekarang bernama
Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar
dan Menengah) menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah
Buku Pengayaan sejak tahun 1989. Pada awalnya Sayembara ini diadakan untuk kalangan pendidik dan tenaga kependidikan yang
masih aktif maupun yang sudah pensiun. Pemerintah menganggap mereka
menguasai pengetahuan di bidang ilmu yang ditulis serta memiliki pengalaman bagaimana membelajarkan peserta didik
sesuai dengan pendekatan dan metode yang tepat.
Sayembara yang dilakukan secara nasional ini
memunculkan sejumlah pemenang penulisan naskah buku pengayaan untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA dengan berbagai peringkat.
Sebagai pemenang, mereka tentu memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang
ilmu yang ditulisnya serta cara menyajikannya secara tepat sebagai buku pengayaan. Akan tetapi, sampai sekarang ini belum pernah ada penelitian khusus
untuk mengetahui bagaimana cara para pemenang memperluas dan memperdalam
pengetahuannya sehingga dapat menulis naskah buku pengayaan sehingga berhasil menang di tingkat nasional.
Apakah pemenang itu mempersiapkan naskahnya secara khusus dan sejauh mana
mereka memanfaatkan TIK,
khususnya informasi di internet dalam menyusun naskah tersebut? Pertanyaan itu menarik diteliti untuk mengetahui sejauh
mana pemenang Sayembara telah terbiasa menggunakanTIK di abad informasi ini.
Berangkat dari pemikiran di atas, perlu meneliti
bagaimana pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Teks memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis naskah Sayembara. Oleh karena pemenang
Sayembara itu terdiri atas pendidik, tenaga kependidikan, siswa, serta profesi
lain, hasil penelitian ini dapat juga
dijadikan gambaran awal bagaimana masyarakat
memanfaatkan TIK sebagai sumber
belajar.
Sebagai penelitian pendahuluan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat, pertama memberikan
gambaran bagaimana pemenang Sayembara khususnya pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan
profesinya sebagai guru, dosen, atau tenaga kependidikan.
Kedua, menjadi salah satu pertimbangan kepada lembaga pembina tenaga
pendidik dan kependidikan dalam meningkatkan kompetensi mereka dengan menggunakan TIK. Ketiga, sebagai
informasi bagi calon peserta Sayembara dalam meningkatkan kemampuan memenangkan sayembara
berikutnya. Keempat, mendorong
guru belajar sepanjang hayat melalui aneka sumber untuk meningkatkan kemampuan
profesinya sebagai tenaga pendidik, dan
kelima, sebagai
salah satu rujukan penelitian
lebih lanjut dengan ruang lingkup lebih luas.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mediskripsikan
bagaimana peserta Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan menggunakan
peralatan TIK sebagai sumber belajar. Penelitian ini dilakukan di Hotel
Aryaduta, Jakarta Pusat, tempat kegiatan
acara pengumuman Sayembara dan pemenang menginap.
Penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan di hotel sedangkan studi dokumen
dilakukan di kantor Pusat Kurikulum
dan Perbukuan di Jakarta. Penelitian yang dilakukan tgl 24 –
26 November 2013 ini, disesuaikan dengan jadwal pengumuman pemenang
Sayembara dan kedatangan para pemenang ke Jakarta untuk menghadiri acara
pengumuman dan menerima hadiah Sayembara.
Dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan prilaku
pemenang Sayembara dalam penggunaan peralatan TIK sebagai alat komunikasi dan
sumber belajar. Sedangkan dilihat dari teknik pengumpulan data, penelitian ini
termasuk survei dengan menggunakan angket. Populasi penelitian ini adalah semua pemenang
Sayembara tahun 2013 yang berjumlah 45 orang. Oleh karena jumlah populasi terjangkau maka semua
populasi dijadikan responden.
Angket disusun berdasarkan jenis data yang diperlukan.
Angket yang telah diisi
oleh responden diteliti ketepatan cara pengisian dan
keabsahannya, kemudian data ditabulasi dan diolah dengan statistik sederhana untuk selanjutnya
diinterpretasikan. Untuk melengkapi data dilakukan
wawancara kepada peserta secara acak. Bahan wawancara dikembangkan mendalami
data yang diberikan responden dalam angket. Hasil wawancara itu dipergunakan juga sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian ini. Oleh karena terdapat 3 (tiga) set hasil angket cacat,
data yang diolah berjumlah 42 set. Hasil pengolahan dan interpretasi data dianalisis secara
induktif berdasarkan aspek-aspek masalah penelitian dan secara deduktif mengacu
pada teori yang dirujuk. Selanjutnya, hasil analisis dan pembahasan dijadikan bahan untuk
menarik kesimpulan, menyusun implikasi, serta merumuskan saran penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Dari data penggunaan TIK oleh pemenang Sayembara dapat disimpulkan bahwa semua pemenang Sayembara
memiliki peralatan TIK
dalam bentuk komputer
dengan jenis komputer pribadi, laptop, dan/atau note book. Di samping itu semua pemenang juga memiliki satu atau lebih telepon seluler. Pada umumnya pemenang menggunakan komputer untuk
mengetik dan tidak banyak dari mereka yang
menggunakan komputer untuk mencari
informasi dengan mengakses ke internet. Sedikit
sekali
dari pemenang Sayembara
menggunakan program dan aplikasi lain yang ada di komputer.
Selain
sebagai alat komunikasi, telepon seluler khususnya telepon cerdas (smart phone) dapat dipergunakan untuk
menyimpan data, serta mengakses internet. Akan tetapi pada umumnya pemenang
Sayembara menggunakannya untuk berkomunikasi dengan suara atau tulisan singkat
(sms) dan terbanyak untuk mengirim
dan menerima pesan singkat. Internet dipergunakan biasanya hanya untuk hubungan
sosial melalui facebook.
Pemenang Sayemabara telah menggunakan internet melalui komputer atau
telepon seluler untuk
mencari informasi seperti pengumuman Sayemabara dan kadang-kadang untuk
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan tugas pokok mereka. Sangat sedikit sekali
pemenang Sayembara menggunakan internet untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mereka berkaitan
dengan penulisan
naskah buku pengayaan yang disayembarakan. Di samping melalui internet, ada
juga pemenang Sayembara menggunakan televisi dan radio untuk mencari informasi
yang mereka perlukan.
Kemampuan
menulis naskah berkaitan dengan kebiasaan membaca dan menulis. Waktu yang
dipergunakan oleh pemenang Sayembara untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan melalui membaca berkisar
antara 30 – 60 menit sehari. Dari antara pemenang Sayembara, dosen
paling banyak menggunkan waktunya untuk membaca dibandingkan dengan siswa dan
guru. Sedangkan yang berprofesi lain-lain menggunakan paling sedikit waktu
membaca dibandingan dengan dosen, siswa, dan guru.
Masing-masing pemenang menggunakan waktunya untuk menulis setiap hari
minimal kurang dari 30 menit, 30 menit atau
lebih dari satu jam. Kebanyakan menggunakan waktu minimal 30 atau lebih
dari satu jam.
Pembahasan
Dalam
era TIK dewasa ini alat komunikasi elektronik atau berbasis komputer banyak
dipergunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Hampir semua profesi menggunakan
TIK karena TIK memudahkan menyelesaikan berbagai pekerjaan, memperoleh
informasi, dan berkomunikasi dengan pihak lain.
Salah satu produk teknologi informasi ialah komputer yang pada awalnya
dibuat untuk keperluan menghitung. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi
membuat kemampuan komputer berkembang pesat baik pada perangkat keras (hardware) maupun pada perangkat lunaknya
(software). Perangkat keras komputer
semakin lama semakin kecil sampai dalam wujud yang dapat dengan mudah dibawa
kemana-mana seperti laptop, notebook, dan tablet. Sedangkan perkembangan perangkat lunaknya
telah memungkinkan komputer dapat dipakai untuk berbagai aplikasi dan keperluan
termasuk mengakses internet. Sementera itu harga komputer semakin terjangkau oleh
masyarakat. Hal ini juga terlihat pada
semua pemenang Sayembara dengan latar belakang profesi beragam memiliki
komputer pribadi (desktop), laptop,
note book, atau tablet.
Perangkat
keras komputer dapat diisi dengan berbagai program seperti Microsoft Office, Adobe, media player, accessories, dan internet browser. Aplikasi Microsoft
Office termasuk Words, Excel, Powerpoint,
Publisher, Access, Outlook, dan Onenote.
Aplikasi Adobe termasuk indesign, pdf
reader, acrobat, flash, bridge, dan media
encoder. Media player memiliki
aplikasi winamp, itone, vlc, dan windows
media player.
Akan
tetapi pemenang Sayembara belum memanfaatkan secara optimal kemampuan dan
kemudahan yang dimiliki komputer. Sebagai contoh, hampir semua mereka
menggunakan aplikasi Microsoft Office terbanyak untuk mengetik dan menyimpan
hasil ketikan dan sesekali menggunakan Excel. Kecuali dosen, guru yang menang dalam
Sayembara ini juga jarang menggunakan power
point dalam proses pembelajaran dengan alasan peralatan LCD tidak tersedia
di kelas.
Salah
satu kemudahan menggunakan komputer ialah melakukan hubungan ke internet
sehingga dapat memperoleh berbagai informasi dan data, mendengarkan musik atau
menonton video, serta menerima dan mengirim surat elektronik. Dengan
menggunakan internet, seseorang dapat juga membuat blog dan mengisinya dengan berbagai tulisan atau gambar sehingga
tersebar dengan sendirinya tanpa biaya. Guru juga dapat mencari bahan pengayaan
pembelajaran dari internet dalam bentuk tulisan, foto, atau video di YouTube.
Akan tetapi sangat sedikit sekali pemenang Sayembara memanfaatkan internet
untuk memperkaya pengetahuannya dan hanya sebagian kecil pemenang sayembara
mengunakan facebook sebagai media sosial dan mereka ini pada umumnya adalah
siswa.
Sedikit
sekali yang menggunakan komputer untuk memperoleh akses ke internet dan
menjelajahi atau mencari informasi atau menggunakan surat elektronik. Kemudahan lain seperti
membuat diagram/grafik dan gambar
serta aplikasi penerbitan (publishing)
hampir tidak pernah dipergunakan. Melalui wawancara tidak formal diperoleh
alasan kurang dipergunakannya kemudahan lain pada komputer karena mereka tidak
pernah memerlukannya dan tidak mengetahui beberapa kemudahan lain di luar untuk
mengetik, menyimpan data, mendengar musik, dan menonton video.
Kemajuan
teknoloi komunikasi telah melahirkan telepon seluler pintar yang memiliki
fasilitas pemutar lagu, video, penyimpan data, kamera, dan berbagai fitur yang
dapat ditambahkan ke telepon seluler. Di samping itu telepon seluler pintar
juga digunakan untuk mengakses internet sehingga dapat dipergunakan untuk
mencari informasi, hubungan sosial seperti facebook, twitter, dan surat elektronik. Meluasnya jaringan internet membuat banyak
pemakai telepon seluler bersilancar di internet mencari informasi atau
menikmati hiburan. Bahkan jual beli dan transaksi bank dapat dilakukan melalui
ponsel. Sebagai bagian dari pelayanan untuk umum, banyak pertokoan/mall, kafe,
restoran, sekolah, kampus, rumah sakit, kendaraan umum, dan tempat umum lainnya menyediakan
fasilitas nirkabel untuk mengakses internet melalui ponsel pintar. Harga ponsel
pintar dan biaya untuk mengakses internet melalui modem semakin terjangkau
masyarakat, sehingga sekitar 65 % pengguna internet di Indonesia terkoneksi
melalui ponsel (APJII, 2012:8).
Harga
ponsel pintar yang semakin terjangkau memungkinkan ponsel bukan merupakan
barang mewah lagi dan hampir seluruh lapisan masyarakat memilikinya. Semua
pemenang Sayembara juga memiliki setidak-tidaknya sebuah telepon seluler yang dapat
dipergunakan untuk berkomunikasi secara lisan dan pesan singkat, memotret,
mendengar musik serta menyimpan data. Pada umumnya telepon seluler mereka juga
dapat dipergunakan untuk akses ke internet.
Akan tetapi nampaknya pemenang Sayembara kurang menggunakan semua
kemudahan memperoleh informasi melalui telepon seluler. Mereka
cenderung menggunakan telepon seluler terbanyak untuk mengirim dan menerima
pesan singkat, bertelepon, dan menyimpan nomor telepon atau data penting. Jaringan
internet melalui telpon seluler kadang-kadang dipakai untuk komunikasi sosial
melalui facebook.
Dalam
era TIK dewasa ini,
internet merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi karena selain
biayanya murah, berbagai informasi mutakhir dari banyak sumber dapat diakses
dengan cepat serta dapat dipergunakan sebagai media menyebarluaskan informasi
ke seluruh plosok dunia. Untuk
pendidikan,
internet dapat dipergunakan sebagai sumber belajar dan pembelajaran. Akan
tetapi masih sedikit sekali pemenang Sayembara memanfaatkan internet baik
sebagai sumber informasi maupun untuk menyebarluaskan informasi. Mereka menggunakan
internet untuk mencari informasi berkaitan dengan tugas utamanya, komunikasi
sosial melalui facebook, dan surat elektronik. Sungguhpun antara pengguna
internet itu ada yang
memanfaatkan internet setiap hari, kebanyakan hanya berkisar tiga kali
seminggu, sehingga dapat dikatakan masih rendah. Alasan utama mereka kurang
menggunakan internet ialah sulit memasuki jaringan internet karena signal
lemah, tidak punya waktu, dan merasa rumit menggunakannya.
Dari
data angket dan wawancara informal dengan pemenang Sayembara dapat disimpulkan
bahwa pemenang Sayembara pada umumnya kurang menggunakan TIK untuk memperkaya
pengetahuan dan keterampilan atau memperluas wawasan. Tidak ada peserta yang
berusaha meningkatkan mutu naskah mereka dengan menggali informasi dari
internet, sungguhpun ada di antara mereka tahu cara mencari informasi melalui
internet. Oleh karena melalui internet
banyak informasi ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dipublikasikan, mutu
naskah yang dihasilkan pemenang Sayembara dapat lebih baik sekiranya mereka
menggunakan informasi di internet secara intensif.
Sumber
informasi lain yang dipergunakan oleh pemenang Sayembara dalam menulis naskah
ialah televisi dan media cetak serta tidak ada seorang pun yang menggunakan
radio. Dalam beberapa tayangan televisi mereka memperoleh informasi dan
inspirasi dalam memberikan contoh-contoh berkaitan dengan kehidupan sosial
masyarakat atau siaran yang berkaitan dengan keterampilan dan ilmu pengetahuan
lainnya. Sedangkan melalui media cetak seperti buku, majalah, dan surat kabar,
mereka mendapat lebih banyak informasi yang sangat membantu dalam memperoleh
dan mengembangkan gagasan dalam menulis naskah. Oleh karena itu masing-masing
pemenang Sayembara menggunakan waktu mereka untuk membaca setiap hari. Sebagian
besar dari mereka menggunakan rata-rata lebih dari 60 menit sehari dan yang
lainnya berkisar antara 30 sampai 60 menit sehari. Yang paling banyak mengunakan waktu untuk
membaca ialah dosen, kemudian yang berprofesi lain-lain, dan siswa. Sedangkan
jumlah guru paling sedikit dibandingkan dengan lainnya menggunakan waktu untuk
membaca.
Kurangnya guru menggunakan TIK untuk meningkatkan
kualitas profesinya sebagai pendidik dan kurangnya waktu yang dipergunakan guru
untuk membaca merupakan catatan penting dari hasil survei ini. Guru diharapkan
dapat menjadi model dan panutan bagi siswa khsusnya dalam pendidikan karakter.
Alfin Toffler menyebutkan abad 21 merupakan abad
informasi sehingga setiap orang diharapkan tidak cukup hanya memiliki kemampuan
dasar membaca, menulis, dan berhitung saja tetapi juga kemampuan menggunakan
TIK. Agak sulit dapat diharapkan guru dapat memotivasi siswanya untuk belajar
secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar khususnya yang
terdapat di internet. Proses belajar dan membelajarkan dewasa ini tidak
terbatas di ruang kelas atau sekolah saja dan setiap orang dapat belajar di
mana dan kapan saja dengan menggunakan berbagai informasi dari berbagai sumber.
Oleh karena itu sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan belajar kepada siswanya sehingga mereka dapat melakukan belajar
berkelanjutan dengan minat dan gaya belajar mereka masing-masing. Harapan ini
sulit dapat dipenuhi apabila guru sendiri tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan belajar sesuai dengan kemajuan perkembangan TIK yang ada.
Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk memperoleh
informasi yang disajikan secara tertulis. Kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung diberikan secara bertahap kepada siswa sejak pendidikan usia dini.
Membaca merupakan awal kegiatan belajar sehingga diharapkan membaca menjadi kegemaran
dan kebiasaan setiap orang. Masyarakat terdidik dan bermartabat terwujud
melalui masyarakat belajar dan masyarakat belajar terbentuk dari masyarakat
membaca. Kemampuan membaca dapat diberikan dan dilatih oleh guru tetapi
kebiasaan membaca siswa ditanamkan dan dikembangkan dengan memberikan contoh
dan teladan oleh guru dan lingkungannya. Mudah-mudahan kebiasaan membaca yang
masih rendah dilihat dari waktu yang digunakan guru, pemenang Sayembara ini,
tidak mewakili semua guru.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian
ini terbatas pada pemanfaatan TIK oleh pemenang Sayembara tahun 2013 dengan
menggunakan survei dan wawancara terbatas. Hasil penelitian ini merupakan
gejala atau indikasi saja kalau diberlakukan untuk keseluruhan peserta
Sayembara. Untuk keperluan generalisasi diperlukan penelitian lebih lanjut yang
dapat mewakili semua peserta Sayembara.
Penelitian
ini juga tidak dapat dijadikan acuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan Sayembara tahun 2013 maupun tahun-tahun sebelumnya,
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Kesimpulan
Secara
umum pemenang Sayembara masih sangat kurang memanfaatkan TIK, khususnya untuk
memperkaya kemampuannya menulis naskah. Sungguhpun semua pemenang memiliki
komputer dan telepon seluler yang dapat tersambung ke internet, pemenang kurang
memanfaatkan informasi dari lamanan (website) untuk memperkaya dan
memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya. Keadaan yang demikian
mempengaruhi mutu naskah yang dihasilkan sehingga terdapat beberapa peringkat yang
tidak terisi.
Aplikasi
Microsoft Office yang paling sering pemenang Sayembara pergunakan ialah Words
untuk mengetik dan kadang-kadang Power
Point dan jarang sekali menggunakan Excell. Pemenang Sayembara kurang
memaksimalkan penggunaan komputer mereka. Dengan demikian, dosen atau guru yang
menjadi pemenang Sayembara ini, kurang memanfaatkan komputer dalam proses dan
adaministrasi pembelajaran di kelas.
Pemenang
Sayembara menggunakan telepon seluler lebih banyak untuk kepentingan hubungan
sosial melalui pesan singkat daripada telepon. Walaupun ada juga yang
menggunakan telepon seluler untuk tersambung ke internet, kebanyakan
dipergunakan untuk hubungan sosial melalui facebook, dan sangat jarang untuk
mengirim surat elektronik. Fasilitas lain yang sering dipergunakan ialah untuk
mendengar musik dan memotret.
Sunguhpun
penggunaan internet di kalangan pemenang Sayembara tidak tinggi tetapi banyak
di antara mereka yang memperoleh informasi penyelenggaraan Sayembara melalui
laman Puskurbuk di internet. Hal ini mengindikasikan bahwa pada hakekatnya
mereka bukan tidak tahu menggunakan internet, tetapi mereka menggunakannya
untuk informasi yang sanagt dibutuhkan dan bukan untuk memperkaya pengetahuan.
Implikasi
Kurang
bervariasinya latar belakang pekerjaan pemenang Sayembara serta kurangnya
peserta dari ibukota kecamatan dan desa merupakan indikasi kurang menyebarnya
informasi tentang penyelenggaraan Sayembara dan juga akibat informasi yang
diterima terlambat sehingga tidak cukup waktu untuk menulis naskah. Keadaan yang
demikian mengakibatkan jumlah, jenis,
serta mutu naskah yang diperoleh tidak mencapai target. Dengan demikian,
kekurangan buku pengayaan khususnya untuk pengetahuan dan matematika di sekolah
tidak dapat diatasi melalui Sayembara ini. Di samping itu mutu naskah yang
demikian belum tentuk memotivasi penerbit untuk menerbitkannya. Kurangnya minat
penerbit menerbitkan naskah ini juga terlihat dari banyaknya naskah hasil
Sayembara dari tahun-tahun sebelumnya belum diterbitkan baik oleh penerbit atau
Puskurbuk.
Di
pihak lain, tidak tercapainya jumlah naskah mengisi semua peringkat, berarti
juga dana yang dianggarkan untuk Sayembara ini tidak terserap sepenuhnya. Tidak diterbitkan dan disebarluaskan naskah
pemenang juga tujuan penyelenggaraan Sayembara ini tidak tercapai serta berarti
dari segi penggunaan dana tidak efisien dan tidak efektif.
Kalau
pada tahun-tahun awal, Sayembara ini dimaksudkan memotivasi pendidik dan tenaga
kependidikan menulis naskah buku pelajaran yang bermutu, Sayembara 2013 ini
kurang efektif karena keikut sertaan pendidik dan tenaga kependidikan tidak
maksimal terlihat dari peringkat-peringkat pemenang yang tidak terisi.
Kurangnya partisipasi pendidik dan tenaga kependidikan ini karena informasi
kurang tersebar mencapai semua guru khususnya di luar daerah perkotaan serta
terlambatnya informasi. Tetapi faktor lain yang juga dapat terjadi ialah pada
umumnya minat dan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan untuk menulis
masih kurang. Minat dan keterampilan menulis ini terkait dengan kebiasaan
membaca yang juga masih lemah, pada hal
gagasan bermutu bersumber dari hasil membaca. Hasil penelitian ini
menunjukkan waktu membaca dan menulis pememang Sayembara masih rendah sehingga
kurang memiliki gagasan bermutu untuk menulis naskah.
Kurangnya
pemenang Sayembara menggunakan TIK khususnya internet dalam memperoleh
informasi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang
khususnya untuk menulis naskah buku pengayaan dapat dianggap suatu
ketertinggalan dalam era TIK di abad ke 21 ini. Keadaan ini semakin
memperihatinkan kalau terjadi pada pendidik yang diharapkan mengikuti informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pendidik juga diharapkan menjadi motivator dan facilitator bagi
siswa menggunakan TIK. Lebih teknis lagi pendidik diharapkan dapat
mengintegrasikan informasi yang relevan di internet ke dalam proses
pembelajaran serta mendidik siswa belajar mandiri. Akan tetapi kenyataannya
masih belum seperti diharapkan.
Penggunaan
telepon seluler khususnya telepon pintar (smartphone)
memiliki fitur-fitur yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk menelusuri
berbagai sumber belajar dan membelajarkan. Namun, pemenang Sayembara tidak
mendayagunakan alat komunikasi secara maksimal. Oleh karena itu sulit dapat
diharapkan mereka dapat menerapkan mobile
learning dengan menggunakan telepon seluler, laptop, tablet, atau iPhod.
Banyak
juga informasi melalui televisi dan radio yang dapat dipergunakan sebagai
sumber belajar. Di televisi terdapat siaran televisi edukasi, national geographic channel dan berbagai
tayangan budaya. Melalui radio, juga terdapat siaran ilmu pengetahuan dan
teknolgi serta siaran pedesaan atau daerah terluar Indonesia. Akan tetapi hasil
penelitian ini menunjukkan masih kurangnya pemenang Sayembara memanfaatkan
televisi dan radio sebagai sumber belajar dan membelajaran.
Gambaran
mengenai penggunaan TIK oleh pemenang Sayembara perlu mendapat perhatian
pembina pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan
perlu disadarkan manfaat TIK dalam pembelajaran serta diberikan keterampilan
menggunakan TIK untuk memperoleh informasi secara tepat dan tepat sehingga
mereka dapat secara terus menerus menambah dan memutakhirkan pengetahuan dan
keterampilannya dan melaksanakan tugasnya secara lebih profesional. Dalam rangka
penggunaan TIK sebagai sumber belajar dan membelajarkan ini seharusnya setiap
sekolah diberikan peralatan untuk mengakses internet termasuk di kelas.
Secara
nasional mutu guru pada umumnya masih bervariasi dan masih terdapat kesenjangan
yang cukup jauh antar guru dan antar sekolah di beberapa wilayah. Kesenjangan
ini juga terlihat dari jumlah guru yang masih belum tersertifikasi. Mutu guru
ini akan mempengaruhi mutu proses dan hasil/capaian belajar siswa. Dengan
menggunakan TIK serta memanfaatkan sumber-sumber belajar di internet, siswa
dapat dilatih belajar mandiri sehingga mereka memperoleh informasi yang mereka
perlukan. Dengan demikian mereka tidak terlalu tergantung pada informasi yang
diberikan guru serta keterbatasan informasi guru dapat diatasi.
Salah
satu cara mendorong peserta Sayembara menggunakan informasi dari internet,
ialah dengan memasukkan persyaratan menggunakan referensi yang relevan,
termutakhir, dan terpercaya bersumber dari internet dalam menulis naskahnya, di
samping buku cetak. Tetapi peserta juga diingatkan untuk tidak melanggar hak
cipta dalam mengutip dari sumber lain termasuk dari internet.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini disararankan sebagai berikut.
1.
Untuk memperoleh jumlah
dan mutu naskah buku pengayaan di berbagai bidang ilmu dan keterampilan,
Puskurbuk perlu lebih memasyarakatkan penyelenggaraan Sayembara Naskah Buku
Pengayaan melalui berbagai media di tingkat pusat dan daerah sedini mungkin.
Pengumuman melalui surat kabar dan radio di daerah serta pamplet dapat
menjangkau berbagai lapisan masyarakat dan wilayah tempat tinggal. Kalau
memungkinkan penyelenggaraan Sayembara diumumkan satu tahun sebelum jadwal
pengumpulan naskah sehingga informasinya dapat tersebar luas dan peserta
mempunyai waktu untuk mengumpulkan bahan dan menulis naskah yang bermutu.
2.
Naskah pemenang
Sayembara hendaknya diterbitkan paling lambat satu tahun sesudah diumumkan
melalui penerbit swasta atau Puskurbuk apabila penerbit swasta kurang berminat.
Hasil terbitan itu hendaknya disebarkkan ke perpustakaan sekolah yang sesuai
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai buku pengayaan untuk mata pelajaran yang
relevan. Penerbitan naskah itu akan memotivasi guru menulis dan dapat
menjadikannya sebagai perbandingan kalau menulis naskah buku.
3.
Melalui berbagai
pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemdikbud, Dinas, atau Sekolah, guru
hendaknya dimotivasi menggunakan TIK untuk meningkatkan kemampuan mereka
sendiri dan dalam proses pembelajaran di kelas serta guru dilatih terampil
menggunakan TIK, khususnya internet, sebagai sumber belajar dan membelajarkan.
Guru hendaknya dilatih bagaimana menggunakan laman (website), facebook, dan
YouTube untuk keperluan pembelajaran serta mengembangkan kemmapuan guru membuat
program online learning untuk
siswanya.
4.
Hendaknya dijadikan
keharusan menggunakan bahan dari internet sebagai salah satu sumber rujukan
dalam menulis naskah dengan tetap mentaati notasi ilmiah yang benar serta hak
cipta.
5.
Oleh karena penelitian
ini terbatas pada pemanfaatan TIK oleh pemenang Sayembara, disarankan untuk
yang akan datang perlu diteliti secara komprehensif efektifitas program
penyelenggaraan Sayembara ini untuk merumuskan kebijakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
APJII, (2012). Profil pengguna
internet di Indonesia: 2012. Jakarta: APJII
Garrison, D. R., & Anderson, T. (2003). E-Learning in the 21st century: A framework
for research and practice. London: Routledge/Falmer
Glasser, William. (1993). The quality school
teacher: Specific suggestions for teachers who are trying to implement the
lead-management ideas of the quality school in their classrooms. New York:
Harper Perennial.
Inglis,Alistrair, Ling, Peter &Joosten, Vera. (2002). Delivering
digitally: managing the transition to the knowledge media.Second
edition. London: Kogan Page
Januszewski, Alan & Molenda, Michael (2008). Educational technology: A definition with commentary. New York:
Lawrence Erlbaum Associates.
Marquardt, Michael J. (2002). Building the learning organization. New York : McGraw-Hill
Nickerson, Raymond S. & Zodhiates, Philip P. (1988). Technology
in education: Looking toward 2020. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Noor-Ul-Amin, Syed. An Effective use of ICT for Education and Learning by Drawing on
Worldwide Knowledge, Research, and Experience: ICT as a
Change Agent for Education. (A LITERATURE REVIEW) Department of Education, University Of Kashmir. (Diunduh dari
halaman website http://www.nyu.edu/classes/keefer/waoe/amins.pdf
pada tanggal 10 November 2013)
O’Sullivan, Edmund. (1999). Transformative learning: Educational
vision for 21st century. Toronto:
Zed Books
Ohler, Jason B. (2010). Digital community digitial citizen. London: Corwin
Pachler, Norbert., Bachmair, Ben. & Cook, Jhon (2010)
Mobile learning: Structures,agency,practices.
London: Springer
Pusat Kurukulum dan Pusat Perbukuan,. (2013). Petunjuk pelaksanaan
sayembara penulisan buku pengayaan 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum &Pusat Perbukuan.
Pusat Perbukuan,. (1988). Petunjuk
pelaksanaan sayembara penulisan buku pengayaan 1988. Jakarta: Pusat Perbukuan.
.Rosen, Larry D. (2010). Rewired: Understanding the iGeneration and the way they learn. New
York: Palgrave Macmillan.
Thompson, Ann D., Simonson, Michael R. &
Hargrave, Constance P. (1993).
Educational technology: A review of the research. Revised edition.
Washington: AECT
Walker, Dorothy. (1988). Education in the
digital age. London: Bowerdean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar