Rabu, 07 September 2016

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH BUKU

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH BUKU[1]
B.P. Sitepu
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak
Dalam abad 21 ini laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)  sangat cepat dan banyak dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilan di pendidikan formal dan non formal. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2013, menggunakan TIK dalam menulis naskahnya. Penelitian deskriptif ini dilakukan  Oktober sampai dengan Desember 2013 di Puskurbuk dengan menggunakan metode survei dan diperdalam dengan wawancara kepada pemenang Sayembara. Data diolah dengan menggunakan statistik sederhana dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pemenang Sayembara pada umumnya belum menggunakan TIK sebagai sumber informasi memperluas wawasannya. Mengingat pentingnya TIK sebagai sumber informasi dan sumber belajar, penelitian ini menyarankan agar dalam pelatihan/penataran pendidik dan tenaga kependidikan diberikan keterampilan menggunakan TIK dan memotivasi mereka belajar mandiri untuk meningkatkan profesionalismenya.
Kata kunci: sayembara, buku pengayaan, teknologi informasi dan komunikasi, sumber belajar
Abstract
In the 21st  century, information and communication technology (ICT) is developing tremendously fast and used a lot  as learning resources to facilitate learning in formal and nonformal education. This research aimed at describing how the winners of supplementary textbook writing competition conducted by The Center for Curriculum and Book Development of Ministry of Education and Culture in 2013, benefitted ICT to improve their performance. The descriptive research was carried out as from October through December 2013. The data collected  using questionair and interviewing the winners as the respondent, were analyzed qualitatively. This research concludes the winners take low use of  ICT as a learning resource to broaden their knowledge and develop their skills. Based on the research finding, it is recommended that in the teachers’ training, the teachers should be encouraged to use ICT to improve their professional competence.
Keywords: writing competition, supplementary textbook, information and communication technology, learning resources.
PENDAHULUAN
Di era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) abad ke-21 ini, berbagai informasi dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Informasi itu tersedia dan terbuka untuk umum dengan mempergunakan berbagai produk teknologi informasi dan komunkasi.  Kemajuan belajar dewasa ini banyak dipengaruhi oleh keterampilan dan kecepatan seseorang menggunakan TIK, yang antara lain adalah internet. Begitu melimpahnya informasi dalam berbagai bidang dan untuk berbagai keperluan yang dapat diperoleh di internet, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi itu kini berada pada ujung jari. Persoalannya sekarang, sejauh mana seseorang melek teknologi informasi serta cekatan memakai ujung jarinya meng”klik” tombol pencari dan penemu informasi serta mampu memilah, memilih, serta menggunakan informasi itu sebagai pengetahuan.
Sebagaimana teknologi pada umumnya, TIK juga berkembang cepat dan semakin canggih. Kalau ilmu pengetahuan berkembang dua kali lipat dalam dua sampai tiga tahun (Marquard, 2002: xiii), teknologi berkembang hampir setiap tiga bulan dan hampir setiap hari muncul produk teknologi baru yang kemampuan dan kecanggihannya terus menerus semakin tinggi (Walker, 1988: 12). Kalau perkembangan yang demikian sudah terjadi pada dekade akhir abad ke 20, dalam abad ke 21 ini tentu teknologi berkembang lebih cepat dan lebih canggih lagi.  Meningkatnya kemampuan dan kecanggihan TIK membuat jenis dan jumlah informasi yang diproses dan dikomunikasikan semakin banyak dan semakin cepat. TIK juga membuat batas ruang komunikasi semakin luas dan terbuka sehingga memberikan pengaruh yang berarti terhadap ekonomi, politik, budaya, dan keamanan setiap negara di dunia.
Perkembangan pesat TIK seperti yang diperkirakan oleh Raymond S (1988: 2 -8) lebih dari 2 (dua) dekade lalu, dewasa ini telah menjadi kenyataan dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Perkembangan yang sangat berpengaruh terhadap cara orang berpikir dan bekerja itu antara lain ialah (a) kecepatan alat menghitung dan memperoses informasi dengan ukuran alat yang semakin kecil dan menggunakan semakin sedikit sumber daya/listrik serta dengan harga semakin murah; (b) sistem komputer yang menggunakan multi processor architecture semakin bekembang; (c) terminal nirkabel dipergunakan untuk mengakses jaringan komputer; (d) berbagai perangkat lunak berkembang untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk untuk pendidikan; (e) berkembangnya perangkat lunak memperkaya teks konvensional dengan grafik dinamis, gambar, dan animasi; (f) fasilitas multimedia dapat mengintegrasikan teks, gambar, dan suara; (g) penggunaan bahasa berorientasi kepada pemakai sehingga dapat mengoperasikannya dengan mudah tanpa pelatihan khusus; (h) pelayanan informasi berbasis komputer untuk beribagai keperluan; dan (i) peralatan semakin canggih dan berkemampuan tinggi untuk berinteraksi dengan pangkalan data yang semakin luas.
Dalam dua dekade akhir abad ke 20, laju perkembangan teknologi sangat cepat dan gadget baru muncul terus menerus termasuk telepon seluler, TV kabel, website, IM, iPod, Blogs, MySpace, Facebook, dan Youtube.    TIK semakin merambah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Generasi yang lahir tahun 1980-an sampai 1990-an disebut Generasi Net (Net berasal dari kata Internet), karena generasi ini memiliki kebiasaan menggunakan internet sebagai media informasi dan komunikasi. Sedangkan generasi yang lahir sesudah tahun 1990-an disebut generasi-i atau iGeneration (berasal dari kata i dalam iphone, ipod, ipad dan lain-lain). Generasi ini lahir dan tumbuh di lingkungan perkembangan berbagai jenis teknologi.
Kemajuan TIK juga mempengaruhi proses pendidikan pada umumnya, pembelajaran pada khususnya. Guru yang tidak tanggap dan tidak terampil menggunakan internet akan ketinggalan informasi tentang berbagai perkembangan dan kemajuan di dunia. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, peserta didiknya yang rajin menjelajahi internet memiliki lebih banyak  pengetahuan dalam hal tertentu. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan guru sama sekali tanpa memanfaatkan  TIK dan tetap mempertahankan sumber belajar tradisional akan membosankan dan melelahkan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapi.
Generasi-i memiliki ciri yang lebih maju lagi daripada Generasi Net yang disebut juga dengan digital native. Generasi-i lahir di lingkungan peralatan teknologi dan dari waktu ke waktu  mendapat  dan menggunakan berbagai jenis teknologi baru.  Mereka menghabiskan banyak waktu dengan bermain, berkomunikasi, dan belajar menggunakan media elektronik.  Mereka lihai melakukan multitasking, menggunakan media sosial dan media elektronik, serta hidup dalam jaringan sosial seperti Facebook, My Space, dan Second Life. Kehidupan yang demikian membuat mereka lebih senang menyendiri, sibuk dengan telepon genggamnya ngobrol dengan temannya atau saling mengirim pesan singkat (texting), sambil bersilancar di  internet. Akibatnya, lambat laun mereka membenci sekolah jika sekolah tidak menggunakan TIK semaju mereka. Dengan proses pembelajaran yang tradisional di sekolah, mereka merasa bosan (Rosen,2010: 3).
Ilustrasi seperti yang diuraikan di atas, menuntut guru mengikuti perkembangan TIK serta menggunakannya tidak semata-mata menjadi media social, tetapi terutama untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya. Terampil menggunakan TIK berarti tahu bagaimana cara dengan mudah, cepat, dan tepat mendapatkan informasi yang diperlukan. Apabila memiliki kemampuan yang demikian, guru tidak akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam meningkatkan pengetahuannya dan prinsip belajar sepanjang hayat dapat dilakukannya secara mandiri. 
Sungguhpun TIK maju pesat dan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi, media cetak seperti buku masih diandalkan sebagai salah satu sumber belajar. Penggunaan buku sangat praktis serta harganya relatif murah. Akan tetapi, ternyata jumlah dan jenis buku baru yang terbitk di Indonesia masih sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk  Indonesia. Dalam tahun 2010 jumlah buku baru yang diterbitkan tidak termasuk buku terjemahan dan cetak ulang hanya berkisar 10.000 judul. Masing-masing judul dicetak dengan tiras rata-rata sekitar 3.000 eksemplar. Jumlah itu diperkirakan tidak banyak berubah sampai tahun 2013.  Dengan demikian, diperkirakan jumlah buku baru berkisar 30 juta eksemplar. Sementara itu penduduk Indonesia yang memiliki kemampuan membaca diperkirakan mencapai 60 % dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 140 juta orang. Dengan perhitungan yang demikian maka rasa buku baru terhadap penduduk Indonesia yang melek baca hanya 0,21 atau satu buku untuk 5 orang.  Sedikitnya jumlah buku terbitan baru di Indonesia juga terlihat pada koleksi perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum yang kekurangan buku terbitan baru hasil penerbit Indonesia.
Di samping jumlahnya masih kurang, mutu buku juga belum sebaik yang dikehendaki khususnya untuk keperluan pendidikan. Hal ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang sejak tahun 1980 sampai sekarang ini menilai buku yang sasarannya sekolah, baik sebagai buku teks pelajaran maupun sebagai buku pengayaan. Dari hasil penilaian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, setiap tahun tidak sampai 50% buku non-teks (buku untuk perpustakaan) dinyatakan memenuhi syarat. Sedangkan hasil penilaian untuk buku teks pelajaran sejak tahun 1995 menunjukkan, belum pernah ada buku yang dapat langsung dipakai tanpa perbaikan.
Untuk mendorong penulisan buku pelajaran, setiap tahun Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (yang sekarang bernama Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah) menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan sejak tahun 1989. Pada awalnya Sayembara ini diadakan untuk kalangan pendidik dan tenaga kependidikan yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Pemerintah menganggap mereka menguasai pengetahuan di bidang ilmu yang ditulis serta memiliki pengalaman bagaimana membelajarkan peserta didik sesuai dengan pendekatan dan metode yang tepat.
Sayembara yang dilakukan secara nasional ini memunculkan sejumlah pemenang penulisan naskah buku  pengayaan untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA dengan berbagai peringkat. Sebagai pemenang, mereka tentu memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ilmu yang ditulisnya serta cara menyajikannya secara tepat sebagai buku pengayaan. Akan tetapi, sampai sekarang ini belum pernah ada penelitian khusus untuk mengetahui bagaimana cara para pemenang memperluas dan memperdalam pengetahuannya sehingga dapat menulis naskah buku pengayaan sehingga berhasil menang di tingkat nasional. Apakah pemenang itu mempersiapkan naskahnya secara khusus dan sejauh mana mereka memanfaatkan TIK, khususnya informasi di internet dalam menyusun naskah tersebut? Pertanyaan itu menarik diteliti untuk mengetahui sejauh mana pemenang Sayembara telah terbiasa menggunakanTIK di abad informasi ini.
Berangkat dari pemikiran di atas, perlu meneliti bagaimana pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Teks memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis naskah Sayembara. Oleh karena pemenang Sayembara itu terdiri atas pendidik, tenaga kependidikan, siswa, serta profesi lain, hasil penelitian ini dapat juga dijadikan gambaran awal bagaimana masyarakat memanfaatkan TIK sebagai sumber belajar.
Sebagai penelitian pendahuluan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, pertama memberikan gambaran bagaimana pemenang Sayembara khususnya pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru, dosen, atau tenaga kependidikan. Kedua, menjadi salah satu pertimbangan kepada lembaga pembina tenaga pendidik dan kependidikan dalam meningkatkan kompetensi mereka dengan menggunakan TIK. Ketiga, sebagai informasi bagi calon peserta Sayembara dalam meningkatkan kemampuan memenangkan sayembara berikutnya.  Keempat, mendorong guru belajar sepanjang hayat melalui aneka sumber untuk meningkatkan kemampuan profesinya sebagai tenaga pendidik, dan kelima, sebagai salah satu rujukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup lebih luas.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mediskripsikan bagaimana peserta Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan menggunakan peralatan TIK sebagai sumber belajar. Penelitian ini dilakukan di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, tempat kegiatan acara pengumuman Sayembara dan pemenang menginap. Penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan di hotel sedangkan studi dokumen dilakukan di kantor Pusat Kurikulum dan Perbukuan di Jakarta. Penelitian yang dilakukan tgl 24 – 26 November 2013 ini, disesuaikan dengan jadwal pengumuman pemenang Sayembara dan kedatangan para pemenang ke Jakarta untuk menghadiri acara pengumuman dan menerima hadiah Sayembara.
Dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu menggambarkan prilaku pemenang Sayembara dalam penggunaan peralatan TIK sebagai alat komunikasi dan sumber belajar. Sedangkan dilihat dari teknik pengumpulan data, penelitian ini termasuk survei dengan menggunakan angket. Populasi penelitian ini adalah semua pemenang Sayembara tahun 2013 yang berjumlah 45 orang. Oleh karena jumlah populasi terjangkau maka semua populasi dijadikan responden.
Angket disusun berdasarkan jenis data yang diperlukan. Angket yang telah diisi oleh responden diteliti ketepatan cara pengisian dan keabsahannya, kemudian data ditabulasi dan diolah dengan statistik sederhana untuk selanjutnya diinterpretasikan. Untuk melengkapi data dilakukan wawancara kepada peserta secara acak. Bahan wawancara dikembangkan mendalami data yang diberikan responden dalam angket. Hasil wawancara itu  dipergunakan juga sebagai bahan pembahasan hasil penelitian ini. Oleh karena terdapat 3 (tiga) set hasil angket cacat, data yang diolah berjumlah 42 set. Hasil pengolahan dan interpretasi data dianalisis secara induktif berdasarkan aspek-aspek masalah penelitian dan secara deduktif mengacu pada teori yang dirujuk. Selanjutnya, hasil analisis dan pembahasan dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan, menyusun implikasi, serta merumuskan saran penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Dari data penggunaan TIK oleh pemenang Sayembara dapat disimpulkan bahwa semua pemenang Sayembara memiliki peralatan TIK dalam bentuk komputer dengan jenis komputer pribadi, laptop, dan/atau note book. Di samping itu semua pemenang juga memiliki satu atau lebih telepon seluler. Pada umumnya pemenang menggunakan komputer untuk mengetik dan tidak banyak dari mereka yang menggunakan komputer untuk mencari informasi dengan mengakses ke internet. Sedikit sekali dari pemenang Sayembara menggunakan program dan aplikasi lain yang ada di komputer.
Selain sebagai alat komunikasi, telepon seluler khususnya telepon cerdas (smart phone) dapat dipergunakan untuk menyimpan data, serta mengakses internet. Akan tetapi pada umumnya pemenang Sayembara menggunakannya untuk berkomunikasi dengan suara atau tulisan singkat (sms) dan terbanyak untuk mengirim dan menerima pesan singkat. Internet dipergunakan biasanya hanya untuk hubungan sosial melalui facebook.
Pemenang Sayemabara telah menggunakan internet melalui komputer atau telepon seluler untuk mencari informasi seperti pengumuman Sayemabara dan kadang-kadang untuk melaksanakan pekerjaan yang berkaitan tugas pokok mereka. Sangat sedikit sekali pemenang Sayembara menggunakan internet untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka berkaitan dengan penulisan naskah buku pengayaan yang disayembarakan. Di samping melalui internet, ada juga pemenang Sayembara menggunakan televisi dan radio untuk mencari informasi yang mereka perlukan.
Kemampuan menulis naskah berkaitan dengan kebiasaan membaca dan menulis. Waktu yang dipergunakan oleh pemenang Sayembara untuk menambah pengetahuan dan keterampilan melalui membaca berkisar antara 30 – 60 menit sehari. Dari antara pemenang Sayembara, dosen paling banyak menggunkan waktunya untuk membaca dibandingkan dengan siswa dan guru. Sedangkan yang berprofesi lain-lain menggunakan paling sedikit waktu membaca dibandingan dengan dosen, siswa, dan guru.
Masing-masing pemenang menggunakan waktunya untuk menulis setiap hari minimal kurang dari 30 menit, 30 menit atau  lebih dari satu jam. Kebanyakan menggunakan waktu minimal 30 atau lebih dari satu jam.
Pembahasan
Dalam era TIK dewasa ini alat komunikasi elektronik atau berbasis komputer banyak dipergunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Hampir semua profesi menggunakan TIK karena TIK memudahkan menyelesaikan berbagai pekerjaan, memperoleh informasi, dan berkomunikasi dengan pihak lain.  Salah satu produk teknologi informasi ialah komputer yang pada awalnya dibuat untuk keperluan menghitung. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi membuat kemampuan komputer berkembang pesat baik pada perangkat keras (hardware) maupun pada perangkat lunaknya (software). Perangkat keras komputer semakin lama semakin kecil sampai dalam wujud yang dapat dengan mudah dibawa kemana-mana seperti laptop, notebook, dan tablet.  Sedangkan perkembangan perangkat lunaknya telah memungkinkan komputer dapat dipakai untuk berbagai aplikasi dan keperluan termasuk mengakses internet. Sementera itu harga komputer semakin terjangkau oleh masyarakat. Hal ini juga terlihat pada semua pemenang Sayembara dengan latar belakang profesi beragam memiliki komputer pribadi (desktop), laptop, note book, atau tablet.
Perangkat keras komputer dapat diisi dengan berbagai program seperti Microsoft Office, Adobe, media player, accessories, dan internet browser. Aplikasi Microsoft Office termasuk Words, Excel, Powerpoint, Publisher, Access, Outlook, dan Onenote. Aplikasi Adobe termasuk indesign, pdf reader, acrobat, flash, bridge, dan media encoder. Media player memiliki   aplikasi winamp, itone, vlc, dan windows media player.
Akan tetapi pemenang Sayembara belum memanfaatkan secara optimal kemampuan dan kemudahan yang dimiliki komputer. Sebagai contoh, hampir semua mereka menggunakan aplikasi Microsoft Office terbanyak untuk mengetik dan menyimpan hasil ketikan dan sesekali menggunakan Excel.  Kecuali dosen, guru yang menang dalam Sayembara ini juga jarang menggunakan power point dalam proses pembelajaran dengan alasan peralatan LCD tidak tersedia di kelas.
Salah satu kemudahan menggunakan komputer ialah melakukan hubungan ke internet sehingga dapat memperoleh berbagai informasi dan data, mendengarkan musik atau menonton video, serta menerima dan mengirim surat elektronik. Dengan menggunakan internet, seseorang dapat juga membuat blog dan mengisinya dengan berbagai tulisan atau gambar sehingga tersebar dengan sendirinya tanpa biaya. Guru juga dapat mencari bahan pengayaan pembelajaran dari internet dalam bentuk tulisan, foto, atau video di YouTube. Akan tetapi sangat sedikit sekali pemenang Sayembara memanfaatkan internet untuk memperkaya pengetahuannya dan hanya sebagian kecil pemenang sayembara mengunakan facebook sebagai media sosial dan mereka ini pada umumnya adalah siswa.
Sedikit sekali yang menggunakan komputer untuk memperoleh akses ke internet dan menjelajahi atau mencari informasi atau menggunakan surat elektronik. Kemudahan lain seperti membuat diagram/grafik dan gambar serta aplikasi penerbitan (publishing) hampir tidak pernah dipergunakan. Melalui wawancara tidak formal diperoleh alasan kurang dipergunakannya kemudahan lain pada komputer karena mereka tidak pernah memerlukannya dan tidak mengetahui beberapa kemudahan lain di luar untuk mengetik, menyimpan data, mendengar musik, dan menonton video.
Kemajuan teknoloi komunikasi telah melahirkan telepon seluler pintar yang memiliki fasilitas pemutar lagu, video, penyimpan data, kamera, dan berbagai fitur yang dapat ditambahkan ke telepon seluler. Di samping itu telepon seluler pintar juga digunakan untuk mengakses internet sehingga dapat dipergunakan untuk mencari informasi, hubungan sosial seperti facebook, twitter, dan surat elektronik.  Meluasnya jaringan internet membuat banyak pemakai telepon seluler bersilancar di internet mencari informasi atau menikmati hiburan. Bahkan jual beli dan transaksi bank dapat dilakukan melalui ponsel. Sebagai bagian dari pelayanan untuk umum, banyak pertokoan/mall, kafe, restoran, sekolah, kampus, rumah sakit, kendaraan umum, dan tempat umum lainnya menyediakan fasilitas nirkabel untuk mengakses internet melalui ponsel pintar. Harga ponsel pintar dan biaya untuk mengakses internet melalui modem semakin terjangkau masyarakat, sehingga sekitar 65 % pengguna internet di Indonesia terkoneksi melalui ponsel (APJII, 2012:8).
Harga ponsel pintar yang semakin terjangkau memungkinkan ponsel bukan merupakan barang mewah lagi dan hampir seluruh lapisan masyarakat memilikinya. Semua pemenang Sayembara juga memiliki setidak-tidaknya sebuah telepon seluler yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara lisan dan pesan singkat, memotret, mendengar musik serta menyimpan data. Pada umumnya telepon seluler mereka juga dapat dipergunakan untuk akses ke internet.  Akan tetapi nampaknya pemenang Sayembara kurang menggunakan semua kemudahan memperoleh informasi melalui telepon seluler. Mereka cenderung menggunakan telepon seluler terbanyak untuk mengirim dan menerima pesan singkat, bertelepon, dan menyimpan nomor telepon atau data penting. Jaringan internet melalui telpon seluler kadang-kadang dipakai untuk komunikasi sosial melalui facebook.
Dalam era TIK dewasa ini, internet merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi karena selain biayanya murah, berbagai informasi mutakhir dari banyak sumber dapat diakses dengan cepat serta dapat dipergunakan sebagai media menyebarluaskan informasi ke seluruh plosok dunia.  Untuk pendidikan, internet dapat dipergunakan sebagai sumber belajar dan pembelajaran. Akan tetapi masih sedikit sekali pemenang Sayembara memanfaatkan internet baik sebagai sumber informasi maupun untuk menyebarluaskan informasi. Mereka menggunakan internet untuk mencari informasi berkaitan dengan tugas utamanya, komunikasi sosial melalui facebook, dan surat elektronik. Sungguhpun antara pengguna internet itu ada yang memanfaatkan internet setiap hari, kebanyakan hanya berkisar tiga kali seminggu, sehingga dapat dikatakan masih rendah. Alasan utama mereka kurang menggunakan internet ialah sulit memasuki jaringan internet karena signal lemah, tidak punya waktu, dan merasa rumit menggunakannya.
Dari data angket dan wawancara informal dengan pemenang Sayembara dapat disimpulkan bahwa pemenang Sayembara pada umumnya kurang menggunakan TIK untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan atau memperluas wawasan. Tidak ada peserta yang berusaha meningkatkan mutu naskah mereka dengan menggali informasi dari internet, sungguhpun ada di antara mereka tahu cara mencari informasi melalui internet.  Oleh karena melalui internet banyak informasi ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dipublikasikan, mutu naskah yang dihasilkan pemenang Sayembara dapat lebih baik sekiranya mereka menggunakan informasi di internet secara intensif.
Sumber informasi lain yang dipergunakan oleh pemenang Sayembara dalam menulis naskah ialah televisi dan media cetak serta tidak ada seorang pun yang menggunakan radio. Dalam beberapa tayangan televisi mereka memperoleh informasi dan inspirasi dalam memberikan contoh-contoh berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat atau siaran yang berkaitan dengan keterampilan dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan melalui media cetak seperti buku, majalah, dan surat kabar, mereka mendapat lebih banyak informasi yang sangat membantu dalam memperoleh dan mengembangkan gagasan dalam menulis naskah. Oleh karena itu masing-masing pemenang Sayembara menggunakan waktu mereka untuk membaca setiap hari. Sebagian besar dari mereka menggunakan rata-rata lebih dari 60 menit sehari dan yang lainnya berkisar antara 30 sampai 60 menit sehari.  Yang paling banyak mengunakan waktu untuk membaca ialah dosen, kemudian yang berprofesi lain-lain, dan siswa. Sedangkan jumlah guru paling sedikit dibandingkan dengan lainnya menggunakan waktu untuk membaca.
Kurangnya guru menggunakan TIK untuk meningkatkan kualitas profesinya sebagai pendidik dan kurangnya waktu yang dipergunakan guru untuk membaca merupakan catatan penting dari hasil survei ini. Guru diharapkan dapat menjadi model dan panutan bagi siswa khsusnya dalam pendidikan karakter.
Alfin Toffler menyebutkan abad 21 merupakan abad informasi sehingga setiap orang diharapkan tidak cukup hanya memiliki kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung saja tetapi juga kemampuan menggunakan TIK. Agak sulit dapat diharapkan guru dapat memotivasi siswanya untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar khususnya yang terdapat di internet. Proses belajar dan membelajarkan dewasa ini tidak terbatas di ruang kelas atau sekolah saja dan setiap orang dapat belajar di mana dan kapan saja dengan menggunakan berbagai informasi dari berbagai sumber. Oleh karena itu sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan belajar kepada siswanya sehingga mereka dapat melakukan belajar berkelanjutan dengan minat dan gaya belajar mereka masing-masing. Harapan ini sulit dapat dipenuhi apabila guru sendiri tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan belajar sesuai dengan kemajuan perkembangan TIK yang ada.
Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk memperoleh informasi yang disajikan secara tertulis. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung diberikan secara bertahap kepada siswa sejak pendidikan usia dini. Membaca merupakan awal kegiatan belajar sehingga diharapkan membaca menjadi kegemaran dan kebiasaan setiap orang. Masyarakat terdidik dan bermartabat terwujud melalui masyarakat belajar dan masyarakat belajar terbentuk dari masyarakat membaca. Kemampuan membaca dapat diberikan dan dilatih oleh guru tetapi kebiasaan membaca siswa ditanamkan dan dikembangkan dengan memberikan contoh dan teladan oleh guru dan lingkungannya. Mudah-mudahan kebiasaan membaca yang masih rendah dilihat dari waktu yang digunakan guru, pemenang Sayembara ini, tidak mewakili semua guru.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada pemanfaatan TIK oleh pemenang Sayembara tahun 2013 dengan menggunakan survei dan wawancara terbatas. Hasil penelitian ini merupakan gejala atau indikasi saja kalau diberlakukan untuk keseluruhan peserta Sayembara. Untuk keperluan generalisasi diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat mewakili semua peserta Sayembara.
Penelitian ini juga tidak dapat dijadikan acuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan Sayembara tahun 2013 maupun tahun-tahun sebelumnya,
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Kesimpulan
Secara umum pemenang Sayembara masih sangat kurang memanfaatkan TIK, khususnya untuk memperkaya kemampuannya menulis naskah. Sungguhpun semua pemenang memiliki komputer dan telepon seluler yang dapat tersambung ke internet, pemenang kurang memanfaatkan informasi dari lamanan (website) untuk memperkaya dan memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya. Keadaan yang demikian mempengaruhi mutu naskah yang dihasilkan sehingga terdapat beberapa peringkat yang tidak terisi.
Aplikasi Microsoft Office yang paling sering pemenang Sayembara pergunakan ialah Words untuk mengetik dan kadang-kadang  Power Point dan jarang sekali menggunakan Excell. Pemenang Sayembara kurang memaksimalkan penggunaan komputer mereka. Dengan demikian, dosen atau guru yang menjadi pemenang Sayembara ini, kurang memanfaatkan komputer dalam proses dan adaministrasi pembelajaran di kelas.
Pemenang Sayembara menggunakan telepon seluler lebih banyak untuk kepentingan hubungan sosial melalui pesan singkat daripada telepon. Walaupun ada juga yang menggunakan telepon seluler untuk tersambung ke internet, kebanyakan dipergunakan untuk hubungan sosial melalui facebook, dan sangat jarang untuk mengirim surat elektronik. Fasilitas lain yang sering dipergunakan ialah untuk mendengar musik dan memotret.
Sunguhpun penggunaan internet di kalangan pemenang Sayembara tidak tinggi tetapi banyak di antara mereka yang memperoleh informasi penyelenggaraan Sayembara melalui laman Puskurbuk di internet. Hal ini mengindikasikan bahwa pada hakekatnya mereka bukan tidak tahu menggunakan internet, tetapi mereka menggunakannya untuk informasi yang sanagt dibutuhkan dan bukan untuk memperkaya pengetahuan.
Implikasi
Kurang bervariasinya latar belakang pekerjaan pemenang Sayembara serta kurangnya peserta dari ibukota kecamatan dan desa merupakan indikasi kurang menyebarnya informasi tentang penyelenggaraan Sayembara dan juga akibat informasi yang diterima terlambat sehingga tidak cukup waktu untuk menulis naskah. Keadaan yang demikian mengakibatkan jumlah,  jenis, serta mutu naskah yang diperoleh tidak mencapai target. Dengan demikian, kekurangan buku pengayaan khususnya untuk pengetahuan dan matematika di sekolah tidak dapat diatasi melalui Sayembara ini. Di samping itu mutu naskah yang demikian belum tentuk memotivasi penerbit untuk menerbitkannya. Kurangnya minat penerbit menerbitkan naskah ini juga terlihat dari banyaknya naskah hasil Sayembara dari tahun-tahun sebelumnya belum diterbitkan baik oleh penerbit atau Puskurbuk.
Di pihak lain, tidak tercapainya jumlah naskah mengisi semua peringkat, berarti juga dana yang dianggarkan untuk Sayembara ini tidak terserap sepenuhnya.  Tidak diterbitkan dan disebarluaskan naskah pemenang juga tujuan penyelenggaraan Sayembara ini tidak tercapai serta berarti dari segi penggunaan dana tidak efisien dan tidak efektif.
Kalau pada tahun-tahun awal, Sayembara ini dimaksudkan memotivasi pendidik dan tenaga kependidikan menulis naskah buku pelajaran yang bermutu, Sayembara 2013 ini kurang efektif karena keikut sertaan pendidik dan tenaga kependidikan tidak maksimal terlihat dari peringkat-peringkat pemenang yang tidak terisi. Kurangnya partisipasi pendidik dan tenaga kependidikan ini karena informasi kurang tersebar mencapai semua guru khususnya di luar daerah perkotaan serta terlambatnya informasi. Tetapi faktor lain yang juga dapat terjadi ialah pada umumnya minat dan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan untuk menulis masih kurang. Minat dan keterampilan menulis ini terkait dengan kebiasaan membaca yang juga masih lemah, pada hal  gagasan bermutu bersumber dari hasil membaca. Hasil penelitian ini menunjukkan waktu membaca dan menulis pememang Sayembara masih rendah sehingga kurang memiliki gagasan bermutu untuk menulis naskah.
Kurangnya pemenang Sayembara menggunakan TIK khususnya internet dalam memperoleh informasi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang khususnya untuk menulis naskah buku pengayaan dapat dianggap suatu ketertinggalan dalam era TIK di abad ke 21 ini. Keadaan ini semakin memperihatinkan kalau terjadi pada pendidik yang diharapkan mengikuti informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidik juga diharapkan menjadi motivator dan facilitator bagi siswa menggunakan TIK. Lebih teknis lagi pendidik diharapkan dapat mengintegrasikan informasi yang relevan di internet ke dalam proses pembelajaran serta mendidik siswa belajar mandiri. Akan tetapi kenyataannya masih belum seperti diharapkan.
Penggunaan telepon seluler khususnya telepon pintar (smartphone) memiliki fitur-fitur yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk menelusuri berbagai sumber belajar dan membelajarkan. Namun, pemenang Sayembara tidak mendayagunakan alat komunikasi secara maksimal. Oleh karena itu sulit dapat diharapkan mereka dapat menerapkan mobile learning dengan menggunakan telepon seluler, laptop, tablet, atau iPhod.
Banyak juga informasi melalui televisi dan radio yang dapat dipergunakan sebagai sumber belajar. Di televisi terdapat siaran televisi edukasi, national geographic channel dan berbagai tayangan budaya. Melalui radio, juga terdapat siaran ilmu pengetahuan dan teknolgi serta siaran pedesaan atau daerah terluar Indonesia. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan masih kurangnya pemenang Sayembara memanfaatkan televisi dan radio sebagai sumber belajar dan membelajaran.
Gambaran mengenai penggunaan TIK oleh pemenang Sayembara perlu mendapat perhatian pembina pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu disadarkan manfaat TIK dalam pembelajaran serta diberikan keterampilan menggunakan TIK untuk memperoleh informasi secara tepat dan tepat sehingga mereka dapat secara terus menerus menambah dan memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya dan melaksanakan tugasnya secara lebih profesional. Dalam rangka penggunaan TIK sebagai sumber belajar dan membelajarkan ini seharusnya setiap sekolah diberikan peralatan untuk mengakses internet termasuk di kelas.
Secara nasional mutu guru pada umumnya masih bervariasi dan masih terdapat kesenjangan yang cukup jauh antar guru dan antar sekolah di beberapa wilayah. Kesenjangan ini juga terlihat dari jumlah guru yang masih belum tersertifikasi. Mutu guru ini akan mempengaruhi mutu proses dan hasil/capaian belajar siswa. Dengan menggunakan TIK serta memanfaatkan sumber-sumber belajar di internet, siswa dapat dilatih belajar mandiri sehingga mereka memperoleh informasi yang mereka perlukan. Dengan demikian mereka tidak terlalu tergantung pada informasi yang diberikan guru serta keterbatasan informasi guru dapat diatasi.
Salah satu cara mendorong peserta Sayembara menggunakan informasi dari internet, ialah dengan memasukkan persyaratan menggunakan referensi yang relevan, termutakhir, dan terpercaya bersumber dari internet dalam menulis naskahnya, di samping buku cetak. Tetapi peserta juga diingatkan untuk tidak melanggar hak cipta dalam mengutip dari sumber lain termasuk dari internet.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini disararankan sebagai berikut.
1.        Untuk memperoleh jumlah dan mutu naskah buku pengayaan di berbagai bidang ilmu dan keterampilan, Puskurbuk perlu lebih memasyarakatkan penyelenggaraan Sayembara Naskah Buku Pengayaan melalui berbagai media di tingkat pusat dan daerah sedini mungkin. Pengumuman melalui surat kabar dan radio di daerah serta pamplet dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat dan wilayah tempat tinggal. Kalau memungkinkan penyelenggaraan Sayembara diumumkan satu tahun sebelum jadwal pengumpulan naskah sehingga informasinya dapat tersebar luas dan peserta mempunyai waktu untuk mengumpulkan bahan dan menulis naskah yang bermutu.
2.        Naskah pemenang Sayembara hendaknya diterbitkan paling lambat satu tahun sesudah diumumkan melalui penerbit swasta atau Puskurbuk apabila penerbit swasta kurang berminat. Hasil terbitan itu hendaknya disebarkkan ke perpustakaan sekolah yang sesuai sehingga dapat dimanfaatkan sebagai buku pengayaan untuk mata pelajaran yang relevan. Penerbitan naskah itu akan memotivasi guru menulis dan dapat menjadikannya sebagai perbandingan kalau menulis naskah buku.
3.        Melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemdikbud, Dinas, atau Sekolah, guru hendaknya dimotivasi menggunakan TIK untuk meningkatkan kemampuan mereka sendiri dan dalam proses pembelajaran di kelas serta guru dilatih terampil menggunakan TIK, khususnya internet, sebagai sumber belajar dan membelajarkan. Guru hendaknya dilatih bagaimana menggunakan laman (website), facebook, dan YouTube untuk keperluan pembelajaran serta mengembangkan kemmapuan guru membuat program online learning untuk siswanya.
4.        Hendaknya dijadikan keharusan menggunakan bahan dari internet sebagai salah satu sumber rujukan dalam menulis naskah dengan tetap mentaati notasi ilmiah yang benar serta hak cipta.
5.        Oleh karena penelitian ini terbatas pada pemanfaatan TIK oleh pemenang Sayembara, disarankan untuk yang akan datang perlu diteliti secara komprehensif efektifitas program penyelenggaraan Sayembara ini untuk merumuskan kebijakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
APJII, (2012). Profil pengguna internet di Indonesia: 2012. Jakarta: APJII
Garrison, D. R., & Anderson, T. (2003). E-Learning in the 21st century: A framework for research and practice. London: Routledge/Falmer
Glasser, William. (1993). The quality school teacher: Specific suggestions for teachers who are trying to implement the lead-management ideas of the quality school in their classrooms. New York: Harper Perennial.
Inglis,Alistrair, Ling, Peter &Joosten, Vera. (2002). Delivering digitally: managing the transition to the knowledge media.Second edition.  London: Kogan Page
Januszewski, Alan & Molenda, Michael (2008). Educational technology: A definition with commentary. New York: Lawrence Erlbaum Associates.
Marquardt, Michael J. (2002). Building the learning organization. New York : McGraw-Hill
Nickerson, Raymond S. & Zodhiates, Philip P. (1988). Technology in education: Looking toward 2020. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Noor-Ul-Amin, Syed. An Effective use of ICT for Education and Learning by Drawing on Worldwide Knowledge, Research, and Experience: ICT as a Change Agent for Education. (A LITERATURE REVIEW) Department of Education, University Of Kashmir. (Diunduh dari halaman website http://www.nyu.edu/classes/keefer/waoe/amins.pdf pada tanggal 10 November 2013)
O’Sullivan, Edmund. (1999). Transformative learning: Educational vision for 21st century.  Toronto: Zed Books
Ohler, Jason B. (2010). Digital community digitial citizen. London: Corwin
Pachler, Norbert., Bachmair, Ben. & Cook, Jhon (2010) Mobile learning: Structures,agency,practices. London: Springer
Pusat Kurukulum dan Pusat Perbukuan,. (2013). Petunjuk pelaksanaan sayembara penulisan buku pengayaan 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum &Pusat Perbukuan.
Pusat Perbukuan,. (1988). Petunjuk pelaksanaan sayembara penulisan buku pengayaan 1988. Jakarta: Pusat Perbukuan.
.Rosen, Larry D. (2010). Rewired: Understanding the iGeneration and the way they learn. New York: Palgrave Macmillan.
Thompson, Ann D., Simonson, Michael R. & Hargrave, Constance P. (1993). Educational technology: A review of the research. Revised edition. Washington: AECT
Walker, Dorothy. (1988). Education in the digital age. London: Bowerdean



[1] Dipublikasikan di Jurnal Pendidikan Penabur, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar