Jumat, 16 September 2016

PERSEMBAHAN TERINDAH

PERSEMBAHAN TERINDAH

Di semua agama ada manusia yang rindu untuk menyembah. Ia serangkaian kerinduan jiwa untuk segera menemukan rumah. Sayangnya, tidak banyak manusia di zaman ini yang jiwanya menemukan rumah indah. Kebanyakan manusia bertumbuh jiwanya dari rasa resah menuju rasa gelisah. Jangankan kemiskinan, bahkan kekayaan pun menimbulkan kegelisahan.

Untuk mengobati keresahan dan kegelisahan seperti inilah, Arjuna dengan berat hati bertanya kepada Shri Krisna sebagai perwujudan Tuhan. Tatkala dialognya memasuki wilayah-wilayah persembahan, dengan tersenyum indah Shri Krisna menjawab: “asal seseorang melakukannya secara tulus dan halus, maka persembahan air dan bunga saja sudah lebih dari cukup”.

Jawaban ini menimbulkan pertanyaan berikutnya, kenapa harus air dan bunga? Kenapa bukan daun, rumput, buah, daging, dll? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Selama ribuan tahun manusia sudah banyak yang berspekulasi tentang makna di balik air dan bunga. Banyak jawaban yang sudah muncul ke permukaan.

Dan di kedalaman meditasi pernah terdengar, air adalah simbol dari pikiran yang mengalir. Bunga adalah simbol dari hati yang indah. Seperti kita semua sudah tahu, air yang mengalir mudah sekali menimbulkan rasa damai di dalam. Ia seperti sedang berpesan, belajar untuk selalu mengalir dalam kehidupan.

Sederhananya, berusaha agar kehidupan lebih baik tentu saja boleh, berdoa juga boleh, tapi apa pun berkah yang diberikan kehidupan, belajar untuk mendekapnya dengan rasa syukur dan rasa terimakasih yang mendalam. Siapa saja yang mendekap setiap berkah kekinian dengan rasa syukur yang mendalam, hidupnya berubah menjadi sungai kedamaian.

Sebagaimana sungai sesungguhnya yang mengalir menuju samudra, pikiran yang mengalir juga serupa. Setiap pikiran yang sudah mengalir sempurna dalam waktu yang lama akan berujung pada sebuah samudra penuh berkah yang bernama hati yang indah. Perpaduan unik antara pikiran yang mengalir dengan hati yang indah inilah yang membuat seorang penyembah bisa berjumpa puncak Satchittananda (keindahan yang tidak terjelaskan).

Pekerjaan rumahnya kemudian, bagaimana membuat pikiran agar senatiasa mengalir? Di Tantra ada pengandaian yang indah. Pikiran menderita mirip dengan salju yang kaku dan beku. Ia tidak saja gagal mengalir, tapi juga rawan bertabrakan dengan pihak lain. Dan ajaran-ajaran suci serupa cahaya matahari.

Sebagian salju memang bisa dibuat mencair oleh cahaya matahari. Namun, ada salju yang terlalu kaku dan beku untuk bisa dibikin cair oleh sinar matahari. Penderitaan manusia di zaman ini serupa. Banyak sekali ajaran suci yang sudah dibagikan di muka bumi selama ribuan tahun. Namun penderitaan manusia tidak menunjukkan tanda-tanda menurun.

Di titik seperti inilah para pencari memerlukan kaca pembesar agar salju penderitaan cepat mencair. Dan diantara berbagai pilihan yang tersedia, bakti kepada Guru sejati adalah cara yang paling sering disebut di jalan Tantra. Jetsun Milarepa di Tibet adalah yogi tingkat tinggi yang mengikuti jalan ini. Penderitaannya hebat sekali. Dari kehilangan harta orang tua, dibikin nyaris mati oleh kemiskinan, sampai melakukan kesalahan berbahaya berupa membunuh sejumlah manusia. Tapi baktinya yang sempurna kepada Gurunya Marpa membuat salju penderitaan Milarepa mencair.

Lebih dari sekadar keluar dari salju beku penderitaan, Jetsun Milarepa juga mengalami pencapaian spiritual yang sangat-sangat jarang bisa dicapai manusia biasa. Kehidupan Milarepa menjadi cahaya yang sangat bersinar menerangi banyak sekali pencari cahaya. Kisahnya terjadi di abad 11, tapi sampai saat ini cahaya Milarepa masih memancar. Sejujurnya, inilah bentuk persembahan yang terindah. Seseorang tidak saja menyembah untuk menyelamatkan jiwa, tapi juga menyembah untuk bisa berbagi cahaya kepada dunia.

Penulis: Gede Prama





Tidak ada komentar:

Posting Komentar