Jumat, 16 September 2016

PANGERAN DALAM KELUARGA


Di internet ada yang melaporkan kalau angka bunuh diri didominasi oleh para pria. Di sejumlah negara maju bahkan terlihat, lebih dari tujuh puluh persen bunuh diri dilakukan oleh para pria. Pada saat yang sama, di mana-mana angka perceraian meningkat fantastis. Seorang kepala desa di Bali bercerita, bahkan tatkala biaya denda sudah dinaikkan berlipat-lipat pun, angka perceraian tetap menaik.

Ini memberikan masukan kalau keluarga memerlukan jauh lebih banyak hawa sejuk agar bisa menyelamatkan banyak jiwa. Setiap sahabat yang sudah menikah dengan pasangan yang sama selama puluhan tahun mengerti, pernikahan adalah perjumpaan banyak sekali perbedaan. Dari perbedaan pendidikan, latar belakang, sampai kepribadian.

Mirip dengan besi-besi berbeda dalam sebuah mesin, tanpa minyak pelumas, perbedaan-perbedaan ini pasti menghasilkan benturan-benturan berbahaya. Ego, keakuan, harga diri, kepintaran adalah sebagian besi-besi keras yang siap berbenturan kapan saja dan di mana saja. Ia tidak saja bisa membuat keluarga berbahaya, tapi juga bisa membuat jiwa masuk jurang berbahaya seperti bunuh diri.

Oleh karena itulah, keluarga dan jiwa-jiwa memerlukan banyak minyak pelumas. Dan diantara banyak minyak pelumas yang ada, memaafkan, penerimaan dan kasih sayang adalah pilihan yang terbaik. Sebagai serangkaian ide, ini mudah dicerna. Namun sebagai serangkaian praktik keseharian, ini jauh dari mudah. Ada yang melawan di dalam saat mau dipraktikkan di lapangan.

Jangankan orang-orang yang punya banyak kelebihan, bahkan orang-orang yang terlahir dengan banyak kekurangan pun mengaku sulit memaafkan. Dan faktor yang sangat menentukan dalam hal ini adalah keakuan. Ia mirip dengan gumpalan salju yang sudah lama mengeras di dalam. Namun jangan khawatir, ada cahaya matahari yang siap membuat gumpalan salju keakuan bisa mencair.

Di jalan meditasi, mataharinya bernama praktik kesadaran penuh (mindfulness). Ada dua wajah praktik kesadaran penuh. Pertama, setiap kali ada gerakan energi pikiran dan  perasaan di dalam, selalu disarankan untuk disaksikan. Ia sesederhana seseorang yang berdiri di pinggir sungai yang menyaksikan setiap aliran energi di dalam.

Kedua, serupa putaran malam dan siang. Di dalam selalu ada aliran pikiran dan perasaan yang silih berganti. Sedih-senang, duka-suka, sakit-sehat, buruk-baik semuanya mengalir. Salju keakuan jadi kuat dan kokoh di dalam karena seseorang serakah memilih buruk di atas baik. Hanya mau senang tidak mau sedih. Bersahabat dengan kesuksesan tapi bermusuhan dengan kegagalan.

Dan matahari kesadaran penuh mulai bercahaya terang tatkala seseorang selalu menyaksikan setiap gerakan energi di dalam. Pada saat yang sama, mengerti sedalam-dalamnya kalau semuanya mengalir. Setelah suka akan datang duka. Sehabis pujian akan datang makian. Begitu rasa senang lewat, akan hadir rasa sedih.

Setiap sahabat yang praktik kesadaran penuhnya mendalam tahu, begitu cahaya matahari kesadaran penuh menyala terang di dalam, maka salju keakuan akan mencair secara pelan perlahan. Anehnya, sejalan dengan mencairnya salju keakuan, memaafkan secara alamiah jadi mudah sekaligus indah. Taman jiwa di dalam jadi penuh dengan bunga kasih sayang yang juga indah.

Di tingkatan ini, sangat mudah mengajak pria menyayangi istri. Sangat mudah meminta istri merawat suami. Di dunia keluarga bahagia sering dibagikan pesan seperti ini: “pria yang menyayangi istrinya sesungguhnya sedang bertumbuh menjadi seorang pangeran”. Karena suami penuh penyayang, maka istrinya pun berubah menjadi putri yang cantik luar dan dalam. Dan suaminya putri tentu saja pengeran. Dengan cara seperti ini, keluarga bisa dikembalikan wajahnya sebagai rumah jiwa yang indah. Pada saat yang sama, ada banyak perjalanan jiwa yang berbahaya seperti bunuh diri yang bisa dihindarkan.

Penulis: Gede Prama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar