Rabu, 21 September 2016

Perlu yang Pintar atau Terampil ?


  • Majalah SCG

    Ada statement menarik dari Dahlan Iskan tentang pentingnya karyawan pintar atau terampil bagi sebuah perusahaan. Katanya, perusahaan yang ingin maju, tidak perlu banyak dihuni orang pintar. Cukup 5% saja karyawan yang nilainya 9. Mereka memiliki kemampuan mendekati sempurna; punya ide yang selalu baru, segar, cerdas, dengan kemampuan manajemen dan marketing yang sangat baik.
    Perlu merekrut orang pintar atau yang terampil, tentu bergantung pada kebutuhan perusahaan Anda. Antara yang pintar dan terampil sama-sama dibutuhkan oleh perusahaan. Hanya mungkin porsi dan komposisinya berbeda.
    Mencari orang dengan kualifikasi nilai 9, kata  Novianingtyastutik, Direktur PT Karma Crown Surabaya, pada talkshow di SS (21/11), sebenarnya juga tidak banyak. Sebuah kerumitan tersendiri bila mencari standar kualifikasi seperti mereka dalam jumlah banyak. Sehingga klop bila perusahaan tidak perlu banyak dihuni orang pintar dengan ketersediaan jumlah mereka.
    Mereka itu dalam bahasa sumber daya dinamai talent, yakni orang dengan kinerja bagus dan potensinya juga bagus. Performancenya oke, attitude dan kompetensi dasarnya baik, sekaligus bisa merealisasikan kemampuannya dengan bagus pada pekerjaan.
    Kadang, tidak semua orang yang memiliki potensi bagus, bisa perform dengan baik di perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Ketika perusahaan bisa mendapatkan talent seperti itu, biasanya secara culture dia sudah fit dengan organisasi perusahaannya, sehingga potensi, budaya, lingkungan dan value-value yang dimiliki, makin memudahkan mereka untuk mengekspresikan kinerjanya dengan optimal.
    Dulu orang pintar dinilai memiliki IQ (intellectual quotient) yang bagus. Lantas IQ bagus akan lebih sempurna bila juga memiliki EQ (emotional quotient), CQ (creativity quotient) dan AQ (adversity quotient)yang bagus. Multi intelligence seperti itu menggambarkan seseorang yang pintar, cerdas, kreatif, dan memiliki daya juang yang baik.
    Tentu memiliki sumber daya yang pinter semacam itu sangat penting, hanya jumlahnya yang mungkin tidak perlu banyak. Menghimpun orang yang terlalu banyak ide juga akan mengganggu rencana kerja, karena akan mudah gonta-ganti planning. Begitu ada temuan baru, atau hasil riset yang baru, buru-buru merubah rencana dan begitu seterusnya. Lalu kapan akan segera realisasi untuk mewujudkan peluang yang sudah di depan mata?
    Justru yang banyak dibutuhkan adalah level di bawahnya, untuk menterjemahkan dan melaksanakan pada tataran praktis. Strategi yang handal, biasanya hanya bisa diwujudkan oleh tenaga-tenaga yang terampil. Mereka yang terampillah yang akan mengekseskusi strategi-strategi itu.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar