PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (PERSONAL DEVELOPMENT)
Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin
“persona”, atau topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia
luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan
luar. Jess Feist & Gregory J. Feist, (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan
psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat,
serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian
adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan
perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951) dalam
Inge Hatugalung (2007:1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam
menyeseuaikan diri terhadap lingkungan.
Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang
berjudul Personality Plus, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang
individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi. (Florence littaurer, Personality Plus, (Jakarta : PT. Rosdakarya, 2006)
hlm 38
Kepribadian meliputi segala
corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat
diperkirakan pada diri seseorang atau lebih bisa dilihat dari luar, yang
digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga
corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi
individu itu, seperti bagaimana kita bicara, penampilan fisik, dan sebagainya.
Dewasa ini kita mengenal
empat tipe kepribadian. Galenus sehingga menggolongkan
manusia berdasarkan temperamennya, yaitu Koleris, Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis. (Suryabrata,
S.,Psikologi Pendidikan,
Jakarta: PT. Grafindo Persada 1995) hlm78. Seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup,
besar semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis.
Sedangkan seorang melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil,
muram dan pesimistis. Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm,
tenang), tak mudah dipengaruhi dan setia. Seorang sanguinis mempunyai sifat
khas hidup, mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi juga lekas
berhenti.
Florence littauer juga mengembangkan lagi tipe
kepribadian yang telah dijelaskan oleh Hipocrates dan Galenus. Dalam bukunya
yang berjudul Personaliy Plus, Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat
masing-masing kepribadian.
a. Tipe Sanguinis. Seorang
sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, membicara dan optimis. Dari
segi emosi, ciri seorang sanguinis yaitu kepribadian yang menarik, suka bicara,
menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara
fisik memukau pendengar, emosional dan demonstrative, antusias dan ekspresif,
periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik dipanggung, lugu dan
polos, hidup dimasa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, selalu
kekanak-kanakan. Dari segi pekerjaan, sifat seorang sanguinis yaitu sukarelawan
untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat dipermukaan, kreatif dan
inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara cemerlang, mengilhami
orang lain untuk ikut dan mempesona orang lain untuk bekerja.
Seorang sanguinis
sebagai teman mempunyai sifat mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji,
tampak menyenangkan, disukai anak-anak, bukan pendendam, mencegah suasana
membosankan, suka kegiatan spontan. Kelemahan dari sanguinis yaitu terlalu
banyak bicara, mementingkan diri sendiri, orang yang suka pamer, terlalu bersuara,
orang yang kurang disiplin, senang menceritakan kejadian berulang kali, lemah
dalam ingatan, tidak dewasa, tidak tetap pendirian.
b. Tipe Melankolis. Seorang
melankolis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pemikir dan pesimis. Dari
segi emosi, ciri seorang melankolis yaitu mendalam dan penuh pemikiran,
analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistic
atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang
lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis. Dari segi pekerjaan, sifat
seorang melankolis yaitu berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi,
sadar perincian, gigih dan cermat, tertib terorganisir, teratur dan rapi,
ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang
dimulai, suka diagram, grafik, bagan dan daftar.
Dari segi pertemanan
atau sosialisasi seorang melankolis mempunyai sifat hati-hati dalam berteman,
menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, mengorbankan
keinginan sendiri untuk orang lain, menghindari perhatian, setia dan berbakti,
mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat
memperhatikan orang lain, mencari teman hidup ideal. Kelemahan dari melankolis
yaitu mudah tertekan, punya citra diri rendah, mengajukan tuntutan yang tidak
realistis kepada orang lain, sulit memaafkan dan melupakan sakit hati, sering
merasa sedih atau kurang kepercayaan, suka mengasingkan diri, suka
menunda-nunda sesuatu.
c. Tipe Koleris. Seorang
koleris pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pelaku dan optimis. Dari segi
emosi, ciri seorang koleris yaitu berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat
memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas,
memiliki motivasi berprestasi, tidakemosional bertindak, tidak mudah patah
semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja.
Dari segi pekerjaan, sifat seorang koleris yaitu berorientasi target, melihat
seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis,
bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil,
membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.
Dari segi pertemanan
atau sosialisasi koleris mempunyai sifat tidak terlalu perlu teman, mau
memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar, unggul dalam keadaan
darurat, mau bekerja untuk kegiatan, memberikan kepemimpinan yang kuat,
menetapkan tujuan. Kelemahan dari koleris yaitu pekerja keras, suka memerintah,
mendominasi, tidak peka terhadap perasaan orang lain, tidak sabar, merasa
selalu benar, merasa sulit secara lisan atau fisik memperlihatkan kasih sayang
dengan terbuka, keras kepala, tampaknya tidak bisa tahan atau menerima sikap,
pandangan, atau cara orang lain.
d. Tipe Plegmatis. Seorang
phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan pesimis. Dari
segi emosi, ciri seorang phlegmatis yaitu kepribadian rendah hati, mudah
bergaul dan santai, diam, tenang, sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten,
tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia
menerima kehidupan, serba guna. Dari segi pekerjaan, sifat seorang phlegmatis
yaitu cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan
administrative, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah
tekanan, menemukan cara yang mudah.
Dari segi pertemanan/
sosialisasi plegmatis mempunyai sifat mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak
suka meninggung, pendengar yang baik, punya banyak teman, punya belas kasihan
dan perhatian, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil hal baik dari yang buruk,
tidak mudah marah. Kelemahan dari phlegmatis yaitu cenderung tidak bergairah
dalam hidup, sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih atau gelisah,
orang yang merasa sulit membuat keputusan, tidak mempunyai keinginan untuk mendengarkan
atau tertarik pada perkumpulan, tampak malas, lambat dalam bergerak, mundur
dari situasi sulit.
SUMBER : Littauer, F. (1996). Personality Plus. (A.
Adiwiyoto, Terj.). Jakarta: Binarupa Aksara. (Naskah asli dipublikasikan tahun
1992) hlm 122
Pembentukan
kepribadian seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal. Faktor internal yaitu faktor yang bersala dari dalam seseorang itu
sendiri. Biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Maksudnya faktor
genetis yaitu faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan meruapakn pengaruh
keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orangtuanya
atau bisa juga gabungan atau kombinasi dari sifat orangtuanya.
b. Faktor eksternal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini
biasanya pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana anak mulai belajar
untuk menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya yaitu teman-temannya.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya kepribadian
dan watak ialah unsur-unsur badan dan jiwa manusia disatu pihak dan lingkungan
di lain pihak. Badan dan jiwa disebut sebagai faktor endogen, dan lingkungan
adalah faktor eksogen. Faktor endogen disebut juga faktor dalam, faktor
internal, faktor bawaan dan faktor keturunan. Sedangkan faktor eksogen disebut
juga faktor luar, faktor eksternal empiris, dan faktor pengalaman.
Pembentukan kepribadian
seseorang dapat terjadi kegagalan. Kegagalan pembentukan kepribadian seseorang
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Faktor Biologis. Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan
genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf,
tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan
jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya
perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir.
Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang
diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu
masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada
kepribadian seseorang.
b. Faktor Sosial. Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga
kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat,
peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
c. Faktor Kebudayaan. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian antara lain:
i.
Nilai-nilai. Didalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat
diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang
selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
ii.
Adat dan Tradisi. Adat dan tradisi
yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus
ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah
laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang
iii.
Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan
suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
iv.
Bahasa. Di samping faktor-faktor
kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan
kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat
komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu
bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
v.
Milik Kebendaan. Semakin maju kebudayaan
suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan
bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia
yang memiliki kebudayaan itu.
Sumber : Purwanto, M. N Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006), hlm
34
Pengembangan kepribadian memberikan maanfaat secara
langsung maupun tidak langsung terhadap perbaikan kehidupan manusia setiap
hari. Setiap orang akan berusaha menjadi yang tebaik dalam segala hal, baik bekerja
maupun membantu dan melayani orang secara baik. Pengembangan kepribadian akan memberikan mutu
pelayanan yang baik setiap hari kepada kepada semua pelanggan, sehingga
kepribadian yang berkembang setiap saat akan memberikan pengaruh positif
terhadap kualitas pelayan pada organisasi tersebut.
Dengan mengetahui pekembangan kepribadian, setiap
orang akan lebih memahami dirinya secara utuh sehingga mampu mengambil sikap
dalam kehidupan di lingkungan keluarga, tempat kerja, maupun di masyarakat.
Pengembangan kepribadian bertujuan memperbaiaki kualitas kepribadian secara
langsung maupun tidak langsung melalui kegiatan yang berpola pikir positif
setiap hari, sehingga setiap orang akan mencapai derajat kehidupan yang lebih
baik dari sebelumnya.
Moslow berpendapat bahwa setiap individu mempunyai
potensipotensi. Sehingga dapat menampilkan kemampuan-kemampuan yangn unggul
dalam berbagai bidang (self actualizers)
individu yang demikian ditandai oleh :
1. Orientasi ang relaistik (realistic
orientation), individu mampu mempresentasikan realitas secara efisien.
2. Menerima diri, orang lain dan dunia (acceptance of self, other and the world).
3. Spontanitas.
4. Berorientasi pada masalah, bukan pada diri pribadi (problem centerness, not self-centeradness).
5. Pemencilan (detachment).
6. Otonomi dan mandiri (autonomy and
independence).
7. Menghargai oranglain dan benda-benda lain (appreciation) responnya luwe, tidak kaku dan stereotipi.
8. Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru (spontaneity of experience).
9. Memiliki perasaan dasar untuk memberi perhatian kemanusiaan (identification with man-kind).
10. Hubungan antar pribadi yang mendalam (deepness interpersonal relationship).
11. Memiliki sikap dan nilai-nilai demokrasi
(demouatic values and attitudes).
12. Individu menunjukkan penerimaan rasial, agamawi,
dan kesukuan dari pada sekedar toleransi.
13. Mampu membedakan antara alat dan tujuan (dffirentiation between ends and means).
14. Memiliki humor yang filsafati, humomya spontan
dan tidak menyakiti orang latn (philosophical
humor).
15. Kreatif (creathseness).
Individu memiliki pemikiran yang kreatif dan original.
16. Perlawanan pada konformitas yang membabi buta (resistant to conformity).
Carl Rogers mengemukakan 3 karakteristik
tentang pribadi yang telah berfungsi penuh (Fully
Functioning Person) :
1. Terbuka terhadap pengalaman baru.
2. Selalu dalam proses "menjadil' (becoming).
3. Kepercayaan pada diri sendiri.
Bila dirangkum pendapat-pendapat tersebut di
atas maka seseorang disebut matang pribadinya bila menghadapi dengan sikap yang
realistic dan berorientasi terhadap pemecahan masalah. Terhadap orang lain
bersikap terbuka, menerima sebagaimana adanya, tidak mementingkan diri sendiri,
memiliki kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi yang hangat, akrab dan
mendalam.
Mengakui hak-hak azasi orang lain sebagai suatu
pribadi. Terhadap diri sendiri mampu mengendalikan emosinya, memahami dan mengenali
diri secara obyektif dan menghormati diri sendiri. Dengan perkataan lain ada
keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara hubungan dengan diri sendiri
maupun diri dengan orang lain.
Pengembangan pribadi adalah upaya untuk
berkembang, mengasah dan menguasai keterampilan yang membantu individu menjadi
yang terbaik yang dia bisa dengan semua apa yang dimilikinya. Pengembangan
pribadi adalah meraih dan merealisasikan, potensi sebagai manusia. Manusia
ingin hidup secara penuh, produktif tetapi kadang‐kadang tidak tahu harus mulai
dari mana dan harus melakukan apa.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui, menilai atau mengukur dengan akurat
kelebihan/kekuatannya dan kelemahan/kekurangannya seseorang. Cara-cara tersebut dapat berupa:
a. Introspeksi diri (pengukuran
individual). Dalam cara ini, seseorang
disarankan untuk meluangkan waktu guna menelaah dirinya tentang apa yang telah
dilakukannya, apa yang telah dicapai,
dan apa yang dimiliki sebagai suatu kelebihan yang dapat mendukung dan apa yang dimiliki sebagai suatu kekurangan yang
menghambat tercapainya prestasi yang tinggi. Agar lebih efektif individu bersikap jujur, terbuka pada dirinya
sendiri, mau dengan sungguh-sungguh
mendengarkan kata hati
b. Feedback dari orang lain. Dalam cara ini seseorang meminta masukan
berupa informasi atau data penilaian tentang dirinya dari orang lain, apakah
itu rekan kerja, atasan, bawahan maupun dari anggota keluarga. Masukan berupa umpan balik (feedback) ini meliputi segala sesuatu
tentang sikap dan perilaku seseorang yang tampak/terlihat, dipersepsi oleh
orang lain yang bertemu, berinteraksi dengannya. Cara ini bertujuan untuk membantu seseorang menelaah dan
memperbaiki tingkah laku.
Beberapa persyaratan dalam melakukan suatu feedback efektif adalah:
- Diberikan
secara langsung kepada individu, jika
diberikan secara tidak langsung Akan bermanfaat jika bukan berupa
penilaian.
- Pernyataan
yang disampaikan bersifat evaluatif dan deskriptif. Artinya akan lebih bijaksana mendeskripsikan tingkah laku yang dinilai
‘positif’ maupun ‘negatif’ karena tidak memberi ‘cap’ tertentu kepada individu yang diberi umpan balik.
- Diberikan
sesuai kebutuhan dan dikehendaki penerima.
Artinya individu yang memang membutuhkan umpan balik akan lebih mudah
menerima penilaian tentang dirinya baik yang bersifat positif maupun negative
sehingga memungkinkan perubahan yang signifikan pada tingkah lakunya.
- Disampaikan
pada waktu yang tepat. Artinya umpan
balik disampaikan kepada penerima pada saat penerima siap mendengarkan umpan
balik, pada waktu yang khusus, misalnya tidak dihadapan orang lain, dan pada waktu yang tidak terlalu jauh dengan
waktu terjadinya perilaku. Dicek pada si pengirim. Artinya umpan balik akan efektif bila penerima umpan balik mencek apa yang ia ‘tangkap’ dari
pesan penilaian yang disampaikan oleh penerima
- Dicek
pada orang lain dalam kelompok. Untuk
meyakinkan bahwa umpan balik yang diterima tidak salah dimaknakan, penerima
bisa mencek juga kepada sesama rekan kerja dalam kelompok.
c. Tes Psikologi. Tes Psikologi yang mengukur potensi psikologis individu dapat memberi gambaran kekuatan dan kelemahan
individu pada berbagai aspek
psikologis seperti kecerdasan/ kemampuan intelektual (antara lain: kemampuan
analisa , logika berpikir, berpikir kreatif, berpikir numerikal), potensi kerja (Contohnya: vitalitas,
sumber energi kerja,
motivasi, ketahanan terhadap stress
kerja), kemampuan sosiabilitas
(Misalnya: stabilitas emosi, kepekaan
perasaan, kemampuan membina relasi
sosial ) dan potensi kepemimpinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar