Senin, 05 September 2016

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (PERSONAL DEVELOPMENT)

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (PERSONAL DEVELOPMENT)

Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist & Gregory J. Feist, (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951) dalam Inge Hatugalung (2007:1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyeseuaikan diri terhadap lingkungan.
Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. (Florence littaurer, Personality Plus, (Jakarta : PT. Rosdakarya, 2006) hlm 38
Kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan  dapat diperkirakan pada diri seseorang atau lebih bisa dilihat dari luar, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu, seperti bagaimana kita bicara, penampilan fisik, dan sebagainya.
Dewasa ini kita mengenal empat tipe kepribadian. Galenus sehingga menggolongkan manusia berdasarkan temperamennya, yaitu Koleris, Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis. (Suryabrata, S.,Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Persada 1995) hlm78. Seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis. Sedangkan seorang melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis. Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi dan setia. Seorang sanguinis mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti.
Florence littauer juga mengembangkan lagi tipe kepribadian yang telah dijelaskan oleh Hipocrates dan Galenus. Dalam bukunya yang berjudul Personaliy Plus, Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat masing-masing kepribadian.
a.       Tipe Sanguinis. Seorang sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, membicara dan optimis. Dari segi emosi, ciri seorang sanguinis yaitu kepribadian yang menarik, suka bicara, menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik memukau pendengar, emosional dan demonstrative, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik dipanggung, lugu dan polos, hidup dimasa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, selalu kekanak-kanakan. Dari segi pekerjaan, sifat seorang sanguinis yaitu sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat dipermukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut dan mempesona orang lain untuk bekerja.
Seorang sanguinis sebagai teman mempunyai sifat mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan, disukai anak-anak, bukan pendendam, mencegah suasana membosankan, suka kegiatan spontan. Kelemahan dari sanguinis yaitu terlalu banyak bicara, mementingkan diri sendiri, orang yang suka pamer, terlalu bersuara, orang yang kurang disiplin, senang menceritakan kejadian berulang kali, lemah dalam ingatan, tidak dewasa, tidak tetap pendirian.
b.      Tipe Melankolis. Seorang melankolis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pemikir dan pesimis. Dari segi emosi, ciri seorang melankolis yaitu mendalam dan penuh pemikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistic atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis. Dari segi pekerjaan, sifat seorang melankolis yaitu berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib terorganisir, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik, bagan dan daftar.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi seorang melankolis mempunyai sifat hati-hati dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain, mencari teman hidup ideal. Kelemahan dari melankolis yaitu mudah tertekan, punya citra diri rendah, mengajukan tuntutan yang tidak realistis kepada orang lain, sulit memaafkan dan melupakan sakit hati, sering merasa sedih atau kurang kepercayaan, suka mengasingkan diri, suka menunda-nunda sesuatu.
c.       Tipe Koleris. Seorang koleris pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pelaku dan optimis. Dari segi emosi, ciri seorang koleris yaitu berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, memiliki motivasi berprestasi, tidakemosional bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja. Dari segi pekerjaan, sifat seorang koleris yaitu berorientasi target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi koleris mempunyai sifat tidak terlalu perlu teman, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar, unggul dalam keadaan darurat, mau bekerja untuk kegiatan, memberikan kepemimpinan yang kuat, menetapkan tujuan. Kelemahan dari koleris yaitu pekerja keras, suka memerintah, mendominasi, tidak peka terhadap perasaan orang lain, tidak sabar, merasa selalu benar, merasa sulit secara lisan atau fisik memperlihatkan kasih sayang dengan terbuka, keras kepala, tampaknya tidak bisa tahan atau menerima sikap, pandangan, atau cara orang lain.
d.      Tipe Plegmatis. Seorang phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan pesimis. Dari segi emosi, ciri seorang phlegmatis yaitu kepribadian rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang, sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna. Dari segi pekerjaan, sifat seorang phlegmatis yaitu cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administrative, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara yang mudah.
Dari segi pertemanan/ sosialisasi plegmatis mempunyai sifat mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka meninggung, pendengar yang baik, punya banyak teman, punya belas kasihan dan perhatian, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil hal baik dari yang buruk, tidak mudah marah. Kelemahan dari phlegmatis yaitu cenderung tidak bergairah dalam hidup, sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih atau gelisah, orang yang merasa sulit membuat keputusan, tidak mempunyai keinginan untuk mendengarkan atau tertarik pada perkumpulan, tampak malas, lambat dalam bergerak, mundur dari situasi sulit.
SUMBER : Littauer, F. (1996). Personality Plus. (A. Adiwiyoto, Terj.). Jakarta: Binarupa Aksara. (Naskah asli dipublikasikan tahun 1992) hlm 122
Pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a.       Faktor internal. Faktor internal yaitu faktor yang bersala dari dalam seseorang itu sendiri. Biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Maksudnya faktor genetis yaitu faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan meruapakn pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orangtuanya atau bisa juga gabungan atau kombinasi dari sifat orangtuanya.
b.      Faktor eksternal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana anak mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya yaitu teman-temannya.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya kepribadian dan watak ialah unsur-unsur badan dan jiwa manusia disatu pihak dan lingkungan di lain pihak. Badan dan jiwa disebut sebagai faktor endogen, dan lingkungan adalah faktor eksogen. Faktor endogen disebut juga faktor dalam, faktor internal, faktor bawaan dan faktor keturunan. Sedangkan faktor eksogen disebut juga faktor luar, faktor eksternal empiris, dan faktor pengalaman.
Pembentukan kepribadian seseorang dapat terjadi kegagalan. Kegagalan pembentukan kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a.       Faktor Biologis. Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
b.      Faktor Sosial. Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
c.       Faktor Kebudayaan. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
                              i.            Nilai-nilai. Didalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
                             ii.            Adat dan Tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang
                           iii.            Pengetahuan dan Keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
                           iv.            Bahasa. Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
                            v.            Milik Kebendaan. Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
Sumber : Purwanto, M. N Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006), hlm 34
Pengembangan kepribadian memberikan maanfaat secara langsung maupun tidak langsung terhadap perbaikan kehidupan manusia setiap hari. Setiap orang akan berusaha menjadi yang tebaik dalam segala hal, baik bekerja maupun membantu dan melayani orang secara baik. Pengembangan kepribadian akan memberikan mutu pelayanan yang baik setiap hari kepada kepada semua pelanggan, sehingga kepribadian yang berkembang setiap saat akan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas pelayan pada organisasi tersebut.
Dengan mengetahui pekembangan kepribadian, setiap orang akan lebih memahami dirinya secara utuh sehingga mampu mengambil sikap dalam kehidupan di lingkungan keluarga, tempat kerja, maupun di masyarakat. Pengembangan kepribadian bertujuan memperbaiaki kualitas kepribadian secara langsung maupun tidak langsung melalui kegiatan yang berpola pikir positif setiap hari, sehingga setiap orang akan mencapai derajat kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Moslow berpendapat bahwa setiap individu mempunyai potensipotensi. Sehingga dapat menampilkan kemampuan-kemampuan yangn unggul dalam berbagai bidang (self actualizers) individu yang demikian ditandai oleh :
1.       Orientasi ang relaistik (realistic orientation), individu mampu mempresentasikan realitas secara efisien.
2.       Menerima diri, orang lain dan dunia (acceptance of self, other and the world).
3.       Spontanitas.
4.       Berorientasi pada masalah, bukan pada diri pribadi (problem centerness, not self-centeradness).
5.       Pemencilan (detachment).
6.       Otonomi dan mandiri (autonomy and independence).
7.       Menghargai oranglain dan benda-benda lain (appreciation) responnya luwe, tidak kaku dan stereotipi.
8.       Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru (spontaneity of experience).
9.       Memiliki perasaan dasar untuk memberi perhatian kemanusiaan (identification with man-kind).
10.   Hubungan antar pribadi yang mendalam (deepness interpersonal relationship).
11.   Memiliki sikap dan nilai-nilai demokrasi (demouatic values and attitudes).
12.   Individu menunjukkan penerimaan rasial, agamawi, dan kesukuan dari pada sekedar toleransi.
13.   Mampu membedakan antara alat dan tujuan (dffirentiation between ends and means).
14.   Memiliki humor yang filsafati, humomya spontan dan tidak menyakiti orang latn (philosophical humor).
15.   Kreatif (creathseness). Individu memiliki pemikiran yang kreatif dan original.
16.   Perlawanan pada konformitas yang membabi buta (resistant to conformity).
Carl Rogers mengemukakan 3 karakteristik tentang pribadi yang telah berfungsi penuh (Fully Functioning Person) :
1.       Terbuka terhadap pengalaman baru.
2.       Selalu dalam proses "menjadil' (becoming).
3.       Kepercayaan pada diri sendiri.

Bila dirangkum pendapat-pendapat tersebut di atas maka seseorang disebut matang pribadinya bila menghadapi dengan sikap yang realistic dan berorientasi terhadap pemecahan masalah. Terhadap orang lain bersikap terbuka, menerima sebagaimana adanya, tidak mementingkan diri sendiri, memiliki kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi yang hangat, akrab dan mendalam.

Mengakui hak-hak azasi orang lain sebagai suatu pribadi. Terhadap diri sendiri mampu mengendalikan emosinya, memahami dan mengenali diri secara obyektif dan menghormati diri sendiri. Dengan perkataan lain ada keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara hubungan dengan diri sendiri maupun diri dengan orang lain.

Pengembangan pribadi adalah upaya untuk berkembang, mengasah dan menguasai keterampilan yang membantu individu menjadi yang terbaik yang dia bisa dengan semua apa yang dimilikinya. Pengembangan pribadi adalah meraih dan merealisasikan, potensi sebagai manusia. Manusia ingin hidup secara penuh, produktif tetapi kadang‐kadang tidak tahu harus mulai dari mana dan harus melakukan apa.  
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui, menilai atau mengukur dengan akurat kelebihan/kekuatannya dan kelemahan/kekurangannya seseorang. Cara-cara tersebut dapat berupa:

a. Introspeksi diri (pengukuran individual). Dalam cara ini,  seseorang disarankan untuk meluangkan waktu guna menelaah dirinya tentang apa yang telah dilakukannya, apa yang telah dicapai, dan apa yang dimiliki sebagai suatu kelebihan yang dapat mendukung dan apa  yang dimiliki sebagai suatu kekurangan yang menghambat tercapainya prestasi yang tinggi. Agar lebih efektif individu bersikap jujur, terbuka pada dirinya sendiri, mau dengan sungguh-sungguh mendengarkan kata hati
b. Feedback dari orang lain. Dalam cara ini seseorang meminta masukan berupa informasi atau data penilaian tentang dirinya dari orang lain, apakah itu rekan kerja, atasan, bawahan maupun dari anggota keluarga. Masukan berupa umpan balik (feedback) ini meliputi segala sesuatu tentang sikap dan perilaku seseorang yang tampak/terlihat, dipersepsi oleh orang lain yang bertemu, berinteraksi dengannya. Cara ini bertujuan untuk membantu seseorang menelaah dan memperbaiki tingkah laku. 
Beberapa persyaratan dalam melakukan suatu feedback efektif adalah:
-     Diberikan secara langsung kepada individu, jika diberikan secara tidak langsung Akan bermanfaat jika bukan berupa penilaian. 
-     Pernyataan yang disampaikan bersifat evaluatif dan deskriptif.  Artinya akan lebih bijaksana mendeskripsikan tingkah laku yang dinilai ‘positif’ maupun ‘negatif’ karena tidak memberi ‘cap’ tertentu kepada individu yang diberi umpan balik. 
-     Diberikan sesuai kebutuhan dan dikehendaki penerima.  Artinya individu yang memang membutuhkan umpan balik akan lebih mudah menerima penilaian tentang dirinya baik yang bersifat positif maupun negative sehingga memungkinkan perubahan yang signifikan pada tingkah lakunya. 
-     Disampaikan pada waktu yang tepat. Artinya umpan balik disampaikan kepada penerima pada saat penerima siap mendengarkan umpan balik, pada waktu yang khusus,  misalnya tidak dihadapan orang lain,  dan pada waktu yang tidak terlalu jauh dengan waktu terjadinya perilaku. Dicek pada si pengirim. Artinya umpan balik akan efektif bila penerima umpan balik mencek apa yang ia ‘tangkap’ dari pesan penilaian yang disampaikan oleh penerima
-     Dicek pada orang lain dalam kelompok. Untuk meyakinkan bahwa umpan balik yang diterima tidak salah dimaknakan, penerima bisa mencek juga kepada sesama rekan kerja dalam kelompok. 
c. Tes Psikologi. Tes Psikologi yang mengukur potensi psikologis individu dapat memberi gambaran kekuatan dan kelemahan individu pada berbagai aspek psikologis seperti kecerdasan/ kemampuan intelektual (antara lain: kemampuan analisa ,  logika berpikir,  berpikir kreatif,  berpikir numerikal),  potensi kerja (Contohnya:  vitalitas,  sumber energi kerja,  motivasi,  ketahanan terhadap stress kerja),  kemampuan sosiabilitas (Misalnya: stabilitas emosi,  kepekaan perasaan,  kemampuan membina relasi sosial ) dan potensi kepemimpinan.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar