Senin, 05 September 2016

KECERDASAN EMOSI

KECERDASAN EMOSI

1.      Pengertian Kecerdasan Emosional
Pengertian kecerdasan emosi menurut Goleman ((Kecerdasan emosional,  Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009:45) menyatakan: “Kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain”. Goleman membagi kecerdasan emosi dalam lima aspek atau komponen utama yaitu :
1.       Mengenali Emosi Diri.
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
2.       Mengelola Emosi.
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
3.       Memotivasi Diri Sendiri.
Meraih Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
4.       Mengenali Emosi Orang Lain.
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga seseorang lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
5.       Membina Hubungan.
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar sesama. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Terkadang manusia sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Pendapat Goleman ini serupa dengan dua kecerdasan yang tercantum dalam multiple intelligence yang dikembangkan oleh Howar Gardner lewat project spectrum, yakni interpersonal intelligence dan intrapersonal intelligence. Dalam penelitian ini Gardner mendapatkan bahwa otak manusia memungkinkan untuk memiliki sampai delapan jenis kecerdasan, yaitu sebagai berikut:
1.       Kecerdasan linguistik, yaitu kemampuan dalam hal membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kata-kata.
2.       Kecerdasan logika dan matematika, yaitu kemampuan untuk menalar dan berhitung.
3.       Kecerdasan musical.
4.       Kecerdasan spasial dan visual.
5.       Kecerdasan kinestik atau kecerdasan fisik.
6.       Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
7.       Kecerdasan intrapersonal atau kecerdasan instrospektif, yaitu kemampuan untuk memiliki wawasan, mengetahui jati diri. Jenis kecerdasan ini memungkinkan manusia untuk mengeluarkan informasi-informasi yang disimpan dalam pikiran bawah sadar.
8.       Kecerdasan Naturalis, yaitu kemampuan untuk bekerja sama dan menyelaraskan diri dengan alam.

Perbedaan antara keduanya itu terletak pada titik tekannya. Pandangan Goleman lebih mengeksplorasi wilayah emosi manusia, sedangkan Gardner kesemua multiple intelligence hanya berkutat pada kognitif atau rasio manusia. (Aida Husna, “Kecerdasan Emosional (Pengertian dan Pentingnya Dalam Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Islami, Vol. 11 No. 1., Mei, 2002, hlm. 17).

Berdasarkan berbagai pendapat para tentang kecerdasan emosi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain dengan efektif, dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.
2.      Kecerdasan Emosi di Lingkungan Kerja
“Ketika budaya tempat kerja tidak cocok dengan kepribadian, maka pilihannya hanya dua, yaitu: meninggalkan tempat kerja atau mencerdaskan emosi agar dapat menerima budaya tempat kerja dengan ikhlas.”
Sudah bahagiakah Anda di tempat kerja ?
Menjadi bahagia di tempat kerja adalah syarat utama untuk dapat meminimalkan stres dan juga untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dan hal ini, dapat diwujudkan bila Anda mampu meningkatkan kualitas kecerdasan emosional di tempat kerja.
Intinya adalah bahwa setiap orang di tempat kerja harus lebih cerdas emosinya agar dirinya bisa lebih efektif dan efisien dalam memaksimalkan kinerja seperti yang diinginkan.
Pilihan untuk meninggalkan tempat kerja bukanlah tindakan yang bijak, sebab tempat kerja yang lain juga belum tentu bisa cocok dengan batin Anda.  Jadi,pilihan yang paling baik adalah dengan mencerdaskan emosional Anda, sehingga apapun keadaan dan budaya di tempat kerja,  Anda pasti mampu menyesuaikan diri,  karena emosi Anda sudah cerdas untuk hal tersebut.
Budaya kerja yang peduli kepada keseimbangan emosi kerja dan emosi kehidupan, adalah budaya kerja yang mampu meminimalisir penurunan kinerja. Kepedulian dan perhatian kepemimpinan terhadap kemampuan adaptasi para karyawan dalam lingkungan kerja,  serta kemampuan mereka untuk secara alami menjadikan diri mereka sebagai bagian dari budaya kerja,  akan memicu bakat dan potensi mereka untuk memenuhi semua harapan dan keinginan perusahaan. Dengan demikian,  para karyawan mampu mengelola karir mereka dan mencari cara untuk memajukan diri sendiri, serta menjadikan dirinya sebagai energi yang berkontribusi untuk memenuhi keinginan pencapaian kinerja yang lebih produktif.
Bila tim manajemen dan para pemimpin mengabaikan pentingnya kecerdasan emosional ataupun menganggap hal ini sebagai urusan pribadi karyawan, maka perusahaan tidak akan pernah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai kinerja yang lebih produktif.   
Kepemimpinan wajib mengambil tanggung jawab penuh untuk masalah kecerdasan emosional. Sebab, keberadaan setiap karyawan bertujuan untuk melayani dan berkontribusi pada visi dan tujuan yang telah direncanakan oleh kepemimpinan.  Karyawan sebagai energi peningkat kinerja dan produktivitas, haruslah disiapkan untuk selalu dalam performa terbaik,  sehingga keterlibatan mereka secara total dan sepenuh hati dapat memenuhi harapan dan tujuan perusahaan.
Emosi karyawan yang cerdas akan menjadi aset yang sangat membantu perusahaan dalam peningkatan kinerja, reputasi, dan kredibilitas.  Karena emosi baik yang cerdas ini adalah aset,  maka secara rutin, perusahaan wajib melatih dan menginternalisasikan nilai dan pengetahuan agar karyawan menjadi lebih  memahami cara untuk mengoptimalkan kecerdasan emosional mereka.
Bila perusahaan ingin mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi; maka perusahaan haruslah merawat mereka dengan pelatihan, pencerahan, motivasi, harapan, cinta,  perhatian, penghargaan, kemajuan, dan kasih sayang. Tetapi,  dalam realitas,  sering sekali para pemimpin menganggap sumber daya manusia yang berkualitas itu bisa dibeli, sehingga dengan gaji yang tinggi dan fasilitas yang mewah dianggap sudah dapat memiliki para profesional yang hebat. Pemikiran seperti ini,  pada akhirnya akan memberikan rasa kecewa kepada hasil akhir perusahaan.
Karyawan memiliki emosi yang selalu mudah jenuh dan bosan; karyawan juga memiliki aliran pikiran kreatif yang selalu berontak untuk keluar dari sebuah situasi yang tidak disukai; karyawan juga setiap hari tumbuh bersama kematangan jiwa spiritualnya; dan karyawan juga selalu bahagia bila dirinya dihargai dan dipercaya dengan sepenuh hati. Jadi, diperlukan budaya organisasi yang mampu menunjukkan kematangan bersama dengan semangat kebersamaan, dalam empati yang menyeimbangkan antara apa yang diperlukan oleh pekerjaan dengan apa yang diperlukan oleh jiwa manusia.
Semakin otentik perilaku positif orang-orang di dalam perusahaan, semakin cerdas emosional mereka untuk saling merangkul dan menciptakan landasan bersama agar dapat menumbuhkan inovasi dan peluang yang lebih baik.
Kecerdasan emosional karyawan akan menghargai dan mengalami pengalaman kemanusiaan untuk menjadikan dirinya lebih sadar berkontribusi dan melayani.  Emosi yang cerdas akan menjadikan seseorang sadar siapa dirinya di tempat kerja; memahami apa fungsi dan perannya; mampu memanajemani diri sendiri dengan memanfaatkan waktu secara berkualitas,  untuk semua aspek dan dimensi kehidupan kerja dan pribadi; mampu memotivasi diri sendiri dan menjadi mandiri di dalam semua tindakan,  serta mampu bersikap proaktif; mampu menghargai perbedaan dan keanekaragaman dari pola pikir, sifat, sikap,  keyakinan,kepercayaan, persepsi, dan logika berpikir; serta selalu cerdas emosi untuk mengalirkan potensi dan bakat diri ke dalam sumber daya dan budaya perusahaan.
Orang-orang yang cerdas emosi selalu menjadi lebih bertanggung jawab di tempat kerja. Dan juga, lebih berintegritas terhadap segala sesuatu tentang pekerjaannya, sehingga mereka lebih mudah menyatu ke dalam tim kerja. Dampaknya, mereka menjadi energi perusahaan yang sangat bertanggung jawab,  sangat mudah menjadi solid di dalam kolaborasi dan kerja sama,  dan semakin dapat dipercaya untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang penuh tantangan.
Kecerdasan emosional pastilah akan meningkatkan kinerja dan produktivitas individu; kecerdasan emosional pastilah akan meningkatkan kesadaran diri untuk memperkaya kapasitas diri dengan kompetensi dan kualitas yang tinggi; dan kecerdasan emosional pastilah akan meningkatkan sensitivitas keberadaan diri di dalam kebersamaan kerja.
Pada akhirnya, para karyawan yang cerdas emosional akan sadar untuk mencapai potensi penuh mereka,juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja dan produktivitas mereka. Dan, semua itu akan terjadi oleh dorongan diri sendiri, dan juga dari umpan balik yang mereka terima dengan ikhlas dan sepenuh hati.
3.      Kecerdasan Emosi Dalam Meningkatkan Pelayanan Prima
Dalam era reformasi birokrasi sekarang ini pegawai negeri Sipil (PNS) mempunyai kedudukan yang sangat sentral karena merupakan ujung tombak pelayanan pemerintah kepada masyarakat.  Banyak program-program pemerintah, provinsi maupun kabupaten/kota yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik pendidikan,kesehatan, kesejahteraan sosial,pembangunan infrastruktur yang semua itu dijalankan oleh PNS.
Pegawai negeri sipil adalah unsur utama sumber daya manusia aparatur negara yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.  Oleh sebab itu dibutuhkan sosok PNS yang mampu memainkan peranan tersebut yang membutuhkan kompetensi,  motivasi,  disiplin dan etos kerja yang tinggi.  Oleh karena itu seorang PNS haruslah memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quation/EQ) yang tinggi sehingga perasaannya akan menjadi ikhlas dan tenang dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Dalam melakukan pelayanan masyarakat seorang PNS dituntut untuk mempunyai kecerdasaan intelektual dan juga kecerdasan emosional yang tinggi dengan demikian tugas utama pegawai negeri sipil sebagai abdi masyarakat dapat dilakukan dengan baik.  Semakin tinggi kecerdasan emotional seorang PNS maka semakin besar kemungkinan berhasil dalam menangani pekerjanya.
Seorang ASN harus memiliki kecerdasan emosional karena berbagai sikap yang perlu difahami dan dimengerti yaitu:
1. Kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri, mencakup kemampuan untuk mengenali perasaan dan mengapa kita merasakannya seperti itu dan pengaruh terhadap orang lain; Sikap asertif yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan mempertahankan pendapat; Kemandirian yaitu kemampuanuntuk mengarahkan dan mengendalikan diri, berdiri dengan kaki sendiri.  Sedangkan Penghargaan-diri yaitu kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita, dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memiliki kelemahanj dan Aktualisasi-diri yaitu kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.
2.   Keterampilan bergaul yang kita miliki yaitu kemampuan kita berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain, yang mencakup Empati yaitu kemampuan untuk mema­hami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Tanggung jawab sosial yaitu kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dan yang bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya. Hubungan antarpribadi mengacu pada kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan, dan ditandai oleh saling memberi dan menerima dan rasa kedekatan emosional.
3. Kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul yang mencakup Uji-realitas-kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau takuti, Sikap fleksibel-kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah dan Pemecahan masalah, kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat.
4.   Kemampuan kita untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls yang mencakup ketahanan menanggung stres,  kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi dan secara konstruktif bertahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi konflik emosi dan Pengendalian impuls yaitu kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak.
5. Optimisme yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Kebahagiaan adalah kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.
6. Kemampuan mengendalikan emosi sehingga kelemahan diri tersebut dirubah menjadi kekuatan yang sangat besar yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan atau hambatan yang datang dari luar. Dengan demikian kemampuan mengontrol diri dapat ditunjukkan dalam pelaksanaan pekerjaan baik dalam melayani masyarakat sehingga berjalan dengan lancar.
7.   Kemampuan menyusun tujuan dalam karier (goal setting), seorang ASN akan bekerja denghan baik apabila mengetahui tujuan yang akan diraihnya dalam karier.  Penetapan tujuan yang prestatif apabila memasukan syarat (SMARTI) dalam tujuan tersebut meliputi antara lain:
a. Specific (Khusus) artinya tujuan yang dicita-citakan harus spesifik/khusus bukan masih umum/general sehingga ukuran yang mau dicapai jelas misalnya level berapa, dimana tempatnya dan lain-lain.
b.  Measurable (terukur) artinya tujuan yang menjadi obsesinya sudah dapat diukur oleh pegawai negeri tersebut sesuai kemampuan, daya dan upaya dapat terukur untuk mencapai cita-cita tersebut.
c. Achievable (dapat dicapai) artinya tujuan tersebut terdapat dalam ruang lingkup pekerjaan yang sedang digeluti sekarang ini,  dengan demikianbersama berjalannya waktu maka tujuan tersebut dapat diraihnya.
d.  Realistic (realistis) artinya tujuan yang akan diraihnya merupakan suatu obsesi yang nyata atau realistik bukan sesuatu angan-angan yang tidak mungkin diraihnya,  sehingga akal sehat dapat mewujudkannya
e.  Timely (adanya batasan waktu) artinya dalam mencapai tujuan tersebut dibatasi oleh kurun waktu sehingga adanya batasan waktu sebagai target pencapaian cita-cita tersebut.
f.   Interest (menarik) artinya tujuan yang akan dicapai tersebut adalah sesuatu yang sangat menarik dan berarti bagi diri sendiri, sehingga dalam perjalanannya mencapai tujuan tersebut akan tetap semangat walaupun penuh dengan cobaan dan rintangan.
Dalam memberikan pelayanan yang berbasis kecerdasan emosi ini perlu adanya kemampuan dalam memahami pelanggan, menggali keinginan/kebutuhan pelanggan, dan memenuhi apa yang dibutuhkan pelanggan secara ikhlas, tidak dalam perasaan terpaksa. PNS yang memberikan pelayanan berbasis kecerdasan emosi ini diharapkan dapat melakukannya dengan sepenuh hati.

Sebagai PNS yang memiliki hati nurani dituntut mampu melayani dengan bentuk pemahaman yang tinggi terhadap apa yang dirasa dan dibutuhkan pelanggan, sekaligus mampu menjalankan prosedur dengan sentuhan-sentuhan manusiawi (yang tidak bisa diberikan oleh teknologi), seperti sikap antusiasme, sopan santun, senyuman, perhatian, serta menyampaikan pujian yang tulus.

Kinerja PNS dapat dijembatani secara manusiawi melalui pelayanan prima berbasis kecerdasan emosi ini. Pelayanan jenis ini berkaitan erat dengan ranah netral yang menuntut PNS dapat memberikan pelayanan terbaiknya tanpa melihat strata sosial, tidak diskriminatif, dalam suasana hati yang bagaimanapun harus bisa menempatkan keprofesionalan kerja, pengendalian diri/emosi, dan dapat bersikap adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar